Libur lebaran, para wisatawan dan warga sekitar mengisi liburan dengan mengikuti tradisi Madak di Pantai Sunsire Land Labuhan Haji Lombok Timur, Senin (15/04/2024).
Para wisatawan dan warga sudah mulai berdatangan sejak pagi. Mereka masuk ke laut yang sedang surut mencari biota laut.
Direktur Sunrise Land Lombok (SLL), Qori’ Baiyyinaturrosi mengakui selama libur lebaran idul fitri 1445 hijriah ini ada peningkatan pengunjung.
Dari catatan pengelola ada 5 ribu pengunjung yang hadir. Mereka dengan antusias Madak bersama keluarga, teman untuk berburu biota laut yang terperangkap di genangan karang
“Ini meningkat dari tahun kemarin yang hanya mencapai 12 ribu saja, karena memang lebaran tahun sekarang berbarengan dengan tradisi madak,” ucapnya.
Dari mulai ikan besar maupun kecil, kepiting, lobster, hingga gurita menjadi buah tangan yang didapatkan para wisatawan ditempat ini
Madak sendiri didapat dari kata sehari hari masyarakat pesisir lombok timur, ajakan untuk berburu ikan laut waktu surutnya air laut
“Madak itu istilah penomena air laut surut, tapi secara bersamaan berubah status makna dari kebiasaan masyarakat, artinya ajakan untuk masyarakat masuk ketengah laut pada saat air laut surut,” katanya.
Momen Madak biasanya terjadi 2 kali dalam 1 bulan, dimulai dari H-5/H+5 ketika bulan penuh sinari langit malam, tradisi ini biasanya terjadi cukup panjang, yakni sekira 8 hari berturut turut.
Di Lombok Timur sendiri tercatat hanya 2 Kecamatan yang menjalankan tradisi Madak ini, yakni di Kecamatan Jrowaru dan juga Labuhan Haji.
“Kalau di Jerowaru itu di poton bakau sana sedang di Labuhan Haji ya di sini, di SLL,” ungkap pria lulusan UGM S2 Kepariwisataan itu.
Bulan ini tradisi Madak baru dimulai H+3 di SLL tersisa masih ada 5 hari untuk mengikuti tradisi ini.
Sementara itu, Dusun Montong Meong Labuhan Haji, Masdah mengaku antusias mengikuti tradisi Madak ini.
Dia mengaku setiap bulan saat surutnya air laut selalu menyempatkan diri untuk berburu biota laut yang terperangkap di genangan karang.
Apalagi saat ini bertepatan dengan momen libur lebaran idul fitri 1445 hijriah.
“Jadi ini jarang lah, makannya saya ajak keluarga juga, semuanya ikut,” katanya.
Bahkan bukan hanya sore hari saja, namun juga pada malam hari pun tradisi ini tetap dijalankan. Mengingat surutnya air laut itu dimulai sekura pukul 14.00 Wita sampai pukul 22.00 Wita.
Ia juga menyebut tradisi Madak ini sangat baik bagi keberlangsungasan kepariwisataan daerah.
“Ini sangat baik bagi pariwisata kita, apalahi kalau di kelola seperti dijadikan event, kan itu bagus,”imbuhnya.li