Senaru dengan jumlah penduduk 8.600 an jiwa, merupakan desa wisata di Kabupaten Lombok Utara yang meraih beberapa kali penghargaan dengan daya tarik wisata pada lomba desa wisata sejak beberapa tahun lalu. Berbagai prestasi itu mesti berkorelasi dengan perlindungan anak khususnya dan kesejahteraan masyarakat pada umumnya.
Kades setempat, Lalu Akria Buana, mengelola potensi masyarakat dengan cermat agar potensi yang dimiliki bermanfaat bagi masyarakat. Salah satunya melibatkan perempuan Senaru di sektor eonomi sebagai woman guide.
“Perempuan bisa menjadi guide panorama dan budaya. Peran mereka pun bersosialisasi bahwa perempuan setara dengan laki-laki. Perempuan juga harus bisa sehingga mereka bersosialisasi agar tidak terjadi pernikahan di bawah umur,” paparnya di hadapan forum anak pada silaturrahmi Lembaga Perlindungan Anak belum lama ini.
Lalu Akria Buana memiliki komitmen kuat. Bahkan ia menegaskan di Desa Senaru yang berkatagori desa wisata mandiri itu tak boleh ada ruang bagi anak anak kawin di bawah umur. Senaru misalnya, memiliki peraturan desa (Perdes) Perlindungan Anak sebagai payung hukum yang diperkuat dengan berbagai tindakan tegas.
Dalam menyebarluaskan regulasi itu, pihaknya pun menyosialisasikan Perdes di masjid dan tempat umum. Artinya, berbagai cara dilakukan untuk memberikan pencerahan kepada masyarakat agar anak anak yang dalam usia bermain dan belajar jauh dari tindakan yang salah.
Desa wisata memiliki banyak tantangan dalam mengatasi problem yang menua terkait perlndungan anak, baik dari dalam maupun dari luar. Dalam kaitan ini, pihak desa tidak bisa bergerak sendiri, melainkan memerlukan kolaborasi dengan berbagai pihak. Oleh sebab itu, kerjasama dengan LPA NTB menjadi salah satu cara mengakhiri perkawinan anak.
Sebutlah dalam pelibatan anak berpartisipasi. Riana Puspita, salah seorang fasilitator, menilai banyak tantangan dalam mengajak anak berpartisipasi dalam perlindungan bagi diri mereka sendiri itu. Namun dengan berbagai pendekatan, hal itu bisa diatasi. Desa Senaru pun memiliki Forum Anak dengan tempat berkumpul yang representatif.
“Forum Anak Senaru menjadi penampung partisipasi anak, sebagai pelapor dan pelopor dan jadi contoh baik bagi temannya yang lain,” kata Riana.
Forum Anak Senaru memantau aktifitas teman-temannya — misalnya kepada yang berpacaran diusia anak. Selain itu, bersinergi dengan Bank Sampah desa setempat dalam menggugah kreatifitas seperti membuat bunga plastik dan berbagai jenis keterampilan lain. Hebatnya, mereka pun sudah mengambil bagian sebagai pelapor dan pelopor menekan perkawinan anak dan punta komitmen tidak terjadi perkawinan anak.
Setidaknya, setelah Forum Anak Desa Senaru terbentuk, banyak kegiatan yang dilakukan merekauntuk menunjang pembangunan desa. Anak-anak terjun sebagai pegiat ekonomi dengan memasarkan produk UMKM hingga ke Jakarta bahkan luar negeri. Jadi, tidak sebatas keterlbatan mereka menyiapi perkawinan anak.
Selain tidak boleh melakukan perkawinan di bawah umur, anak-anak Senaru tidak boleh putus sekolah. Anak anak Senaru diharapkan menjadi orang tangguh yang mampu mengelola potensi tidak cuma desa wisata melainkan juga produk-produk ekonominya dengan meningkatkan kualitas dirinya.ian