Loteng, Literasi-Berugak dari Desa Bujak, Kecamatan Batukliang, Kabupaten Lombok Tengah, belakangan laris manis. Bisnis ini tidak hanya menjangkau kalangan pengusaha rumah makan melainkan juga masyarakat umum di NTB dan luar daerah.
Berugak Desa Bujak dikenal luas karena dipatok dengan harga relatif murah. Berbahan baku bambu, berugak berbagai ukuran ini dipatok dengan harga bervariasi. Ukuran terkecil dihargakan Rp 2 juta. Sedangkan yang lebih besar hingga Rp 4 juta.
Untuk berugak sekenem dengan enam kaki bisa lebih mahal lagi. “Itu semua tergantung ukuran dan modelnya, ” kata Masrim, salah seorang pengusaha berugak.
Jenis berugak tidak hanya yang terbuka. Karena, sering kali ada pesanan dengan jenis berugak yang dilengkapi dengan bilik. Harga jenis berugak ini lebih mahal bisa mencapai Rp 7 juta hinggaRp 9 juta.
Menurut Masrim, sejak tahun 2017 memulai bisnis itu, tidak ada kesulitan yang dihadapi. Kendati harga relatif murah, kata dia, masih ada keuntungan yang diraih untuk menghidupi anak dan istrinya.
Di sepanjang jalan raya Desa Bujak setidaknya terdapat 18 pengusaha berugak. Selain membuka usaha di atas tanah milik pemerintah, terdapat juga yang menyewa lahan di sana. Para tukang berugak biasanya menerima upah borongan Rp 400 ribu per berugak ukuran 2 x 2 meter dan Rp 600 ribu untuk ukuran yang lebih besar.
Kata Masrim, tidak ada kesulitan bahan baku bambu karena masih tersedia di sekitar kawasan kecamatan Batukliang.
Terkait pemasaran, kata dia, sementara ini bisa terjual 4-10 berugak dalam sebulan.
“Pembelinya kadang datang langsung ke lokasi. Namun saya memasarkannya juga lewat media sosial, ” katanya.
Pengusaha lain, Herman, mengakui pemasarran berugak yang dilakukan melalui media sosial mendatangkan pembeli yang tidak kecil. Karena itu, Herman kadangkala melayani pembeli yang berasal dari luar daerah seperti NTT.
Jika pesanan datang dari luar daerah, pihak pengusaha mesti membawa pesanan beserta tukangnya. Karena, kata Herman, pesanan dari luar daerah biasanya dalam jumlah besar. Ian