SELONG, Literasi – Siapa yang tak kenal dengan Mata Air (mualan : Sasak) Benyer? Bahkan jauh sebelum masa penjajahan Belanda, Mualan Benyer di Desa Telaga Waru, Kecamatan Pringgabaya, Lotim, sudah dikenal oleh masyarakat Lombok Timur (Lotim) pada umumnya. Ratusan bahkan ribuan hektar sawah diairinya untuk untuk wilayah Kecamatan Pringgabaya hingga sebagian Kecamatan Labuhan Haji.
Sebagai hutan desa (dengan beberapa pohon besar/purbakala), Kawasan Mualan Benyer tak hanya berfungsi strategis untuk pengairan, akan tetapi juga sebagai tujuan wisata. Karena sejak dahulu kala masyarakat dari penjuru Lotim, Loteng hingga Lobar, kawasan ini bertuah untuk acara adat yang diyakini air dari Mualan Benyer dapat mengobati penyakit.
Selain SDA hutan desa, Mualan Benyer juga memiliki seni budaya adat kearifan lokal yang juga mumpuni sebagai media pengobatan alternatif.
“Pemdes Telaga Waru sudah punya program untuk Mualan Benyer, namun kita masih menunggu surat izin dari DINAS PPKAD karena kawasan Mualan Benyer tercatat sebagai Aset Pemda Lotim,” ungkap Sekdes Telaga Waru, Junaidi.
Surat izin yang dikirim tahun 2022 ke Pemda Lotim melalui Dinas PPKAD Lotim tersebut berisikan permohonan untuk hak pemanfaatan Kawasan Mualan Benyer secara optimal dan menguntungkan atau hak yang lainnya.
“Insyaa Allah dalam kurun waktu tahun 2023 ini, kalaupun kita sangat berharap kawasan Mualan Benyer ini berstatus hibah untuk Desa Telaga Waru, setidaknya mendapat hak pemanfaatan kawasan atau HGU. Kita tunggu jawaban dari Dinas PPKAD Lotim,” lanjut Junaidi.
Junaidi memaparkan beberapa skenario pemanfaatan Kawasan Mualan Benyer sebagai Kawasan Destinasi Wisata Desa unggulan di Daerah Lotim dengan nilai tambah mendatangkan PADes dan dapat berkontribusi dengan layak untuk PAD Lombok Timur.
“Kita pagar sekeliling Kawasan Mualan Benyer untuk keamanan. Ada pembangunan infrastruktur jalan menuju kawasan baik dari utara (di samping Bengkel Ardico) dan dari timur (dari arah Kantor Desa Telaga Waru), penataan kolam yang memadai, lahan parkir, kawasan hiburan dan seni-budaya, kawasan gawe adat, ada lapak untuk aktivitas perekonomuan masyarakat,” terang alumni STKIP Hamzanwadi NW Pancor Selong ini (Kusmiardi).