Lobar, Literasi-Ribuan bibit Goden Melon dibudidayakan secara hidroponik di Desa Kebon Ayu, Kecamata Gerung, Kabupaten Lombok Barat, sekaligus mewarnai wisata kuliner di desa wisata itu. Hebatnya, kendati baru setahun berjalan, hasil panen buah itu ditunggu-tunggu dan akan langsung ludes dalam sekejap.
Desa Kebon Ayu dikenal dengan wisata kulinernya, terutama makanan khas sate jamur. Disamping itu terdapat berbgai menu lain khas Lombok seperti jajanan tradisional dengan harga murah. Pedagang di desa setempat setiap hari menggelar jualannya di lapak-lapak yang disediakan.
“Banyak yang datang ke mari, biasanya PNS Pemkab Lombok Barat untuk makan siang,” kata seorang pedagang seraya menambahkan arena pasar kuliner itu buka setiap hari hingga menjelang maghrib. Sementara ini, lapak baru diisi sebanyak 18 pedagang.
Hal yang menarik adalah selain lapak makanan, terdapat green house Golden Melon Langkawi yang memiliki cita rasa enak dan berkualitas ekspor. Tidak mengherankan, setiap kali panen, buah melon itu ludes di tempat oleh pembeli yang datang dari berbagai daerah di Lombok bahkan Sumbawa.
Diinisiasi Mantan PMI
Golden Melon merupakan salah satu unggulan agribisnis Desa Kebon Ayu selain kuliner yang menempati sebuah areal yang cukup luas di desa tersebut. Sejak setahun warga dari berbagai penjuru datang ke arena Pasar Kuliner Kebon Ayu untuk bisa mendapatkan buah melon.
Budidaya Golden Melon asal Langkawi diinidiasi mantan pekerja migran Indonesia (PMI), Rasudi, yang bekerjasama dengan Pemdes setempat. Setidaknya, setiap dua bulan Kebon Ayu melakukan panen melon yang kemudian dipasarkan secara online melalui media sosial. Pembeli kemudian dating langsung ke tempat itu.
Menurut Rasudi, berapa pun jumlah melon yang dipanen habis dalam sekejap. Sementara ini desa tersebut baru memiliki empat green house masing-masing berukuran 3,3 are dengan seribu bibit tanaman untuk setiap green house. Satu bibit hanya menghasilkan satu buah melon sehingga sekali panen untuk satu green house dihasilkan satu butir atau satu ton lebih.
Rasudi mengatakan Melon Langkawi yang dibudidayakan berkualitas ekspor. Ittulah sebabnya, menjelaang panen ditunggu-tunggu masyarakat. Setidaknya 500 orang dating ke desa ittu hanya untuk bisa membeli buah melon, walaupun setiap konsumen dibatasi hanya dua kilogram saja, konsumen tetap antusias.
Sementara itu, pendamping Desa Wisata Kebon Ayu, Miq Mawa, mengatakan keberadaan Golden Melon Langkawi memperkaya keberadaan desa itu sebagai Desa Wisata Kuliner. Hal ini turut serta mengangkat perekonomian masyarakat setempat.ian