Provinsi NTB memiliki kekayaan produk UMKM yang tidak kalah dengan daerah lain. Namun, selama ini produk-produk itu terkendala pemasaran. Iklim persaingan tersebut mewajibkan pemerintah memasilitasi berbagai produk-produk masyarakat agar popular menyusul berbagan event nasional dan internasional yang digelar di NTB.
Pemasaran secara online diera digital hanya salah satu cara dalam memperluas promosi produk, akan tetapi pemasaran secara offline masih sangat dibutuhkan. Karena itu, UMKM sangat berharap diberikan ruang-ruang pemasaran di berbagai event yang menghadirkan banyak pengunjung.
Owner Rinjani Cofee, Hj.Nurwardaini, mengaku senang jika diundang menampilkan produk UMKM dalam berbagai kegiatan keramaian, termasuk Bazar yang digelar pemerintah NTB. Pasalnya, ia memiliki berbagai macam produk yang siap dipasarkan ke masyarakat seperti berbagai varian kopi dari daerah penghasil kopi di NTB.
Produk kopi itu tidak hanya yang konvensional atau disangrai secara tradiisonal dengan kemasan menarik, melainkan juga ada kopi dari bahan rumput laut. Kopi yang berasal dari Sembalun Lombok hingga Tepal Kabupaten Sumbawa pun tetap mewarnai usahanya dan selama ini menarik minat masyarakat. Oleh sebab itu, disamping memasarkan produknya secara mandiri, Nurwardaini mengharap sebuah ajang yang bisa mempromosikan produk-produknya.
“Semua produk kami sudah berada dalam binaan koperasi,” katanya.
Provinsi NTB sebenarnya telah memasilitasi kesulitan pelaku UMKM dalam memasarkan produknya melalui NTB Mall yang tidak hanya memasarkan secara online melainkan juga secara offline. Wadah ini menampung berbagai produk dari berbagai pelaku UMKM. Bahkan setiap bulan terdapat 5 produk baru yang masuk.
Produk ini biasanya akan diperkenalkan kepada tamu luar daerah ketika mereka berkunjung ke NTB. Hal itu dikarenakan, setiap tamu pemerintah yang datang, pejabat bersangkutn selalu membawanya ke sana. Sedangkan pola yang diterapkan adalah konsinyasi.
Supervisor NTB Mall, Ngurah Putra, mengatakan minat masyarakat selama ini berkisar pada makanan olahan, madu dan kopi. Pun handycraft yang pernah diekspor ke Timur Tengah. Khusus pemasaraan produk yang ditampung di NTB Mall, sementara pemasarannya berkisar Rp 10 juta sebulan.
Menurutnya, inovasi sudah dilakukan namun keadaan ekonomi sementara ini masih memerlukan sinergi dengan berbagai pihak untuk mempromosikan produk-produk lokal secara meluas.
Ketua Asosiasi Pengusaha Jasaboga Indonesia (APJI) Kota Mataram, Dino Sapiudin, memaparkan visi misi lembaga itu adalah membawa UKM naik kelas, sehingga para pelaku mulai diurus legalitas usahanya. Dalam waktu dekat, sebanyak 120 orang akan dibantu perizinannya.
“Dalam mengatasi pemasaran akan dilakukan bazar dan promosi. Setiap event akan ikut memromosikan produk unggulan UKM seperti hasil laut, kopi dan lain lain,” katanya.
Salah satu produk yang sudah mulai tembus pasar ASAN adalah sate Rembiga yang sempat diundang Malaysia untuk berpameran. Diperoleh kesepakatan bahwa setiap momentum internasional di Malaysia, sate Rembiga akan diundang menghiasi ajang tersebut. ian