
Mataram, Literasi-Perupa Satarudin Tacik kembali menempuh jalur etnik menyusul kegundahannya selama lima tahun melukis obyek mistis. Karya bernuansa seni budaya Sasak itu lebih dijiwainya dan membawa suasana batin yang lebih nyaman.
Kentalnya nuansa etnik tidak lepas dari Lombok sebagai daerah kelahirannya yang memberikan asupan kental tentang kultur budaya masyarakat setempat.Satar biasa melukis berbagai kegiatan masyarakat seperti acara begawe dengan warna-warna cerah dan kontras yang menggembirakan.
Jiwa kesasakannya yang tumbuh lagi itu sekaligus mengubur tema yang selama lima tahun digarap.
“Selama lima tahun saya melukis obyek yang saya peroleh dari batu. Selama itu batin saya terasa terbawa dan tertekan,” akunya.
Satar memeroleh batu akik berwarna natural yang dibeli maupun diperoleh secara tidak sengaja. Nah, batu itu ketika diberi cahaya lilin, akan menampilkan obyek-obyek mengerikan yang bergerak laksana ada kehidupan.
Obyek makhluk hidup yang aneh seperti ular dan anjing berkepala manusia, burung berkaki tiga dan lain-lain itulah yang dilukiskan. Selama lima tahun.lukisan dengan obyek tersebut mencapai ratusan.
Namun kemudian ia merasakan batinnya yang tidak tenang. Akhirnya, karya karya itu ia sumbangkan kepada orang lain, selebihnya dibakar dan ditimbun ke dalam tanah. Agar tidak terus menerus dihantui,.Satar pun mengubur batu tersebut ke dalam tanah sedalam satu meter di Gunung Sasak.
Menurut Satarudin, ia kembali ke jalur etnik walau harus mengawal langkah seperti memulai dari nol. ian