SELONG, Literasi -Mursito, menjadi peracik jamu tradisional sejak 5 tahun yang lalu dibantu oleh istrinya yang jauh lebih dahulu sebagai penjual jamu gendong. Berkarya, dan menolong sesama adalah niat awal dirinya memilih profesi sebagai pengusaha jamu yang diraciknya sendiri.
Mursito lahir di Solo Jawa Tengah tahun 1961. Setelah mendedikasikan dirinya sebagai pekerja pertambangan explorasi Minyak Gas Bumi di wilayah Kalimantan beberapa tahun lamanya (1980 an), dia hijrah ke Pulau Lombok pada tahun 1986.
Pekerjaannya tidak jauh beda dengan ketika dirinya masih di Kalimantan yaitu sebagai tukang bor sumur hingga bertahun tahun lamanya. Kesehariannya didampingi seorang istri, Suyanti (gadis Jawa), penjual jamu gendong, yang dinikahinya pada tahun 1987 dan dikaruniai keturunan.
Memasuki tahun 2000 an Mursito diserang penyakit sekujur tubuh bagian kiri lemah sebelah atau stroke ringan. Diduga karena kolesterol tinggi. Ikhtiar berobat pun dilakukannya, namun tak membuahkan hasil. Sabar, pasrah, dan berdoa itu yang dilakukannya, hingga suatu malam mimpi melihat serba daun yang biasa dilihat banyak dipakai sebagai bahan baku pembuatan obat tradisional oleh para leluhur.
“Di tengah kepasrahan tersebut saya mencoba menjawab mimpi itu. Saya pun kemudian mencari dedaunan tersebut dibantu istri. Air rebusan dedaunan tersebut saya pakai mandi. Tambah sakit dan rasanya lebih baik mati. Saya terus mencoba, di ujung kepasrahan itu, pagi hari tiba-tiba kaki saya bisa bergerak,” Mursito menceritakan pengalamannya, Kamis (19/08/2021).
Dari mulut ke mulut hal tersebut pun tersiar, Mursito banyak didatangi orang untuk berobat. Di antaranya, atas izin Allah SWT orang tersebut diberikan kesembuhan.
Di tengah kondisi melayani pengobatan dan berniat menolong sesama, istrinya pun diserang penyakit yang sama. Antara memberikan pengobatan kepada sesama dengan juga memberikan pengobatan terapi kepada istrinya terus dilakukan. Atas izin Allah pasien dan istrinya pun diberikan kesèmbuhan. Beberapa keluhan seperti halnya kencing manis, kanker payudara, mag kronis, darah tinggi, asam lambung, dan ingin punya anak.
“Saya ingin berbuat lebih banyak dan mencobà meracik dalam bentuk jamu tradisional Sasak. Berkat bantuan pemerintahan desa dan kecamatan akhirnya surat izin dari BPOM dan Dinas Kesehatan Lombok Timur dengan SPP – IRT (Sertifikat Produksi Pangan Industri Rumah Tangga) No.512520301204-23 Nomor HK 03.1.23.04.12.2205 tanggal 5 April 2012,” papar Mursito sembari memperlihatkan Surat Sertifikat yang dikeluarkan oleh Dinas Kesehatan Lombok Timur tahun 2018 dan beberapa contoh produk Jamu Tradisional Sasak bermerek SERBBAT RINJANI.
Mursito mengaku bahwa sampai saat ini selain mengobati dan memberikan terapi kepada pasien, diapun menjual jamu tradisional SERBAT RINJANI ke beberapa tempat termasuk pasar di wilayah Lombok Timur.
“Alhamdulillah, saya dan istri sampai saat ini menjual jamu tradisional. Saya keliling ke beberapa tempat (pasar wilayah Lotim) menjual Jamu SERBAT RINJANI, sementara istri saya dengan keliling menjual jamu gendong,” aku Mursito.
Menurut Mursito, jamu tradisional Sasak racikannya sudah dikenal seantero Indonesia bahkan mancanegara. “Alhamdulillah jamu tradisional SERBAT RINJANI sudah dikenal di Indonesia bahkan hingga luar negeri, seperti halnya Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, Irian Jaya, Australia, dan Turki,” lanjutnya.
Mursito mengapresiasi, sebagaimana juga disampaikan oleh istrinya, Suyanti, bahwa mengkonsumsi jamu haruslah dengan bijaksana. “Tidak dianjurkan minum Jamu dicampur dengan kopi atau pun teh, cukup diseduh dengan air mendidih. Namun kalau diberi gula, madu, susu, dan sebutir telur ayam boleh,” katanya. (Kus).