Selasa , November 12 2024

Disaat Pandemi, Nasrin Muhtar si Anak Buruh Tani justru Bangkit Menembus 13 Negara

Nasrin Muhtar (kanan)

Mataram, Literasi-Ketika perusahaan lain pada kolaps dimasa pandemi, H. Nasrin Muhtar justru tambah perkasa. Di bawah bendera Tri Utami Jaya, teh kelor racikannya menembus 13 negara. Perjuangan sejak 27 tahun lalu yang tak kenal menyerah.

“Ketimbang engkau meratapi gelap, lebih baik segera menyalakan lilin,” demikian kata Nasrin mengutip sebuah pernyataan bijak.

Nasrin memang sudah menyalakan lilin, bahkan bukan lagi untuk dirinya sendiri. Pada peresmian pabrik Teh Kelor yang berlangsung di kediamannya yang juga menjadi tempat usaha, Senin (11/1), hadir Gubernur NTB, pimpinan DPRD NTB dan Kota Mataran, para pengusaha dan sahabatnya. Ia tidak lagi sendiri seperti ketika pertama merintis usaha itu.

Tahun 1993 adalah awal Nasrin menjelajah Lombok. Lulusan SMP ini hanya berbekal pengalaman sebagai pegawai perusahaan jamu di Jawa. Tak ada jaringan, tidak juga kawan sebanyak sebagaimana sekarang. Namun tekad untuk berbuat, bersama sang istri terus dijalani.

Dahulu, kelor bukan sesuatu yang dipandangnya memiliki sisi keunggulan. Kelor justru dikenal pinggir, milik orang lemah yang kurang gizi. Karenanya, Nasrin mencoba dengan jamu sebagaimana jamu-jamu yang ada di Jawa.

Berbagai iuerasi yang dibaca berkenaan dengan kelor kemudian membuka matanya. Barangkali inilah langkah pertama yang membuatnya menuai kesuksesan. Ada keajaiban dari kelor yang juga disebut pohon ajaib yang lantas membuka langkahnya kedepan.

Banyak sambutan yang berdatangan dari pihak-pihak yang bersimpati kepadanya. Para petinggi eksekutif maupun legislatif baik lokal maupun nasional mulai meliriknya. Pelan-pelam jaringannya pun terbuka. Dalam beberapa kompetisi usaha kecil yang dirintis membuahkan hasil seiring dukungan dari anaknya yang mulai tumbuh remaja.

Ketika semuanya semakin membaik, Nasrin pun meningkatkan kapasitas pendidikannnya dari paket C hingga kemudian meraih gelar S2. Anak buruh tani ini juga menghajikan kedua orangtuanya seiring bermunculannya cabang pabrik di daerah kelahirannya Dompu.

Nasrun mengatakan perjalanan bergantung dari langkah pertama walau pada usia 21 tahun sempat menjadi wakil direktur perusahaan jamu. Justru disaat jabatan mentereng diraih ia berkeinginan mandiri.

Menurut Nasrin, banyak yang bilang kelor simbol kemiskinan. Tapi saya bilang sumber kemakmuran,” ujarnya. Kalau dulu kelor dikenal hanya di dapur dan meja  maka kini sudah tembus di 13 negara.

“Bicara NTB, erosi lingkungan kelar jawabannya, kelangkaan pupuk juga kelor, itu jawabannya kelor. kesehatan stunting dan gizi buruk, pun kelor. Kelor itu pohon ajaib,” jelasnya seraya menambahkan pabrik yang dibukanya menyerap sebanyak 50 tenaga kerja.

Kini dibuat masker dari daun kelor yang menurutnya hanya  di Korea dan NTB.Pun kelor akan jadi sabun cair dan sabun batang. Selain itu sudah ada kopi kelor, biskuit kelor dan dodol kelor.

Untuk mengembangkan bisnis berbahan daar kelor itu ia memiliki 17 mitra petani dengan 150 hektar lahan yang sudah ditanami dan 3 hektar sudah panen. Berikutnya  ada 1000 hektaf yang dalam MoU. Pariknya sendiri memiliki kapasitas tampung 200 ton kelor kering.

Selain MuU dengan mitra petani kelor, juga dilakukan kerjasama pemasaran produk kelor dengan perusahaan dari Jawa Barat untuk 13 negara pemasaran disamping kerjasama bidang penelitian dengan Universitas Muhammadiyah Mataram.

Gubernur NTB mengatakan NTB akan jalan di tempat tanpa industrialisasi. Industrialisasi menjadi  kebutuhan karena tidak semua orang bisa ditampung di sektor pertanian. Kesejahteraan dan kemakmuran sulit dapat dirasakan oleh sebuah daerah tanpa adanya industrialisasi, sehingga industrialisasi merupakan kebutuhan bagi suatu daerah.

“Industrialisasi bisa dilakukan oleh siapa saja, orang-orang biasa, yang penting punya keinginan dan tekad yang kuat, untuk merubah nasib,” ucapnya. “Tanaman-tanaman ajaib, di tangan orang yang tepat, bisa menjelma menjadi komoditas yang sangat mahal,” sambung Bang Zul.

Pemprov NTB telah melakukan berbagai upaya dalam mendorong industrialisasi di NTB, salah satunya pada JPS Gemilang tahap satu, dua dan tiga yang seluruhnya menggunakan produk lokal. “Dengan JPS Gemilang, ternyata kita bisa bikin masker, kita bangga betul bisa bikin masker, bisa bikin sabun, bisa bikin hand sanitizer yang selama ini kita beli,” ucapnya.

Gubernur berharap hadirnya industri teh kelor dapat menghadirkan kesadaran pada petani, sehingga para petani tidak lagi terpaku pada jagung, karena dengan tumbuhan yang lain, Tuhan menghadirkan insentif ekonomi yang tidak kalah besarnya.

“Saya ucapkan selamat kepada Pak Dirut, kita menjadi saksi semuanya, mudah-mudahan ini adalah langkah awal dari perjalanan panjang kita kedepan,” tutup Gubernur. ian

Check Also

Ketua Dekranasda Takjub Mutiara Lombok

Ketua Dewan kerajinan Nasional NTB, Dessy Hassanudin, meninjau secara langsung budidaya mutiara serta hasil laut …

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *