SELONG,Literasi-Desa Seruni Mumbul semakin gencar mengembangkan potensinya. Salah satunya berupa pengelolaan alam sebagai destinasi wisata yang sangat opuer, yakni Denda Seruni.
Denda Seruni direncanakan pada tahun 2018, kemudian diwujudkan (dengan pemanfaatan Dana Desa) pada tahun 2019. Pada tahun 2020 destinasi wisata mulai beroperasi Keberadaanya mendapat sambutan hangat dari warga masyarakat, bahkan hingga dikenal wisatawan mancanegara. Jumlah pengunjung pun semakin meningkat.
Denda Seruni memiliki potensi hutan bakau (magrove) dengan tak kurang 50 titik mata air. Danau di hutan bakau panjangnya mencpai 1 km (tembus pelabuhan Kayangan). Pemanfaatan potensi desa ini, telah mendatangkan banyak manfaat bagi Desa Seruni Mumbul dan masyarakatnya. Setidaknya, keberadaan Denda Seruni memberikan banyak peluang usaha bagi warga masyarakat.
Kepala Desa Seruni Mumbul, Tajudin MS, Kamis (12/11), mengemukakan, ada dua program untuk pengembangan kawasan Danau Bakau milik desa yang dipimpinnya. Kedua program tersebut, meliputi pengembangan wahana Destinasi Wisata Denda Seruni itu sendiri dan program baru pemanfaatan kawasan bakau di sebelah Denda Seruni.
“Di kawasan destinasi Wisata Denda Seruni akan ada pembebasan lahan seluas 30 are. Di lahan tersebut dibuat nantinya lapak-lapak untuk berdagang aneka kuliner dan kerajinan. Termasuk juga wahana lainnya, dengan harapan Denda Seruni makin banyak disenangi dan menjadi magnet tersendiri bagi para wisatawan untuk berkunjung,” paparnya.
Sedangkan Kawasan Mangrove akan dimanfaatkan menjadi Destinasi Wisata Mangrove dengan wahana dilengkapi dengan jembatan eksotik dari kayu. “Dari sini antinya orang bisa menuju ke Gili Kondo dengan memakai wahana perahu yang telah disiapkan khusus bagi para wisatawan di kawasan Destinasi Mangrove ini. Insyaa Allah setelah rapat dengan aparat desa dan lembaga yang ada serta tokoh masyarakat, kita mulai wujudkan pada tahun 2021 nanti,” papar Tajudin.
Dana Desa dan Bantuan dari Kementerian Desa
Sementara itu, pengelola Destinasi Wisata Denda Seruni, Imran, menyampaikan bahwa pengunjung yang datang ke desanya semakin meningkat, apalagi setelah adanya penambahan wahana seperti menara bambu berupa replika menara eifel. Kata dia, pengembangan terus dilakukan, mengingat kawasan Destinasi Wisata Denda Seruni baru terpakai 50 % dari lahan yang ada.
“Jumlah pengunjung sebelum adanya menara bambu tertinggi mencapai angka 5.000 orang/bulan, dengan omzet Rp. 26 juta/bulan. Sedangkan sesudah adanya menara bambu jumlah pengunjung mencapai 14 orang/bulan, dengan jumlah omzet sebanyak Rp 66 juta/bulan,” akunya.
Imran mengemukakan pemanfaatan pendapatan tersebut mengacu kepada Perdes. Sehingga, makin tinggi pemasukan maka semakin tinggi pula nilai pendapatan.
“Dari omzet yang ada akan dikelola sebagaimana Perdes yaitu menjadi 40 % untuk PAD (desa), 30 % untuk karyawan, 15 % untuk operasional, 10 % untuk dana sosial, dan 5 % untuk kesehatan karyawan,” terang Imran.
Imran merinci upaya pengembangan Denda Seruni kedepan dan program inovasi baru berupa pemanfaatan kawasan bakau menjadi Destinasi Wisata Mangrove. Untuk pengembangan Denda Seruni berupa pembangunan kolam renang dewasa, spot foto, jembatan beton, pembebasan lahan, pembuatan lapak dagang. Sedangkan kawasan bakau yang mengarah ke Pelabuhan Kayangan akan dibuat sebagai Destinasi Wisata Mangrove dengan wahana menarik seprti homestay apung yang dihubungkan dengan imfrastruktur jembatan bambu yang artistik. Untuk pengembangan dan inovasi baru berasal dari Dana Desa dan bantuan dari Kementerian Desa.
“Program Wisata Magrove tersebut sudah dirancang dan pemerintah desa sudah mengirim proposal ke Kementerian Desa pada tahun 2019. Rencana sebenarnya tahun 2020 ini, namun terkendala virus Covid 19. Insya Allah tahun 2021. Kementerian Desa saat survey siap membantu senilai Rp 1 miliar. Kita tunggu saja dan Pemdes Seruni Mumbul telah mengambi langkah strategis dan tetap berkoordinasi dengan pemerintah daerah maupun Pusat,”pungkas Imran (Kus).