Salah satu kesenian bernuansa religi yang cukup aktif di Lombok adalah Ya Jamaila. Kesenian ini masih aktif mengiisi relung hati masyarakat yang merindukan alunan kerinduan kepada Rasulullah melaui Hadrah.
Seni Hadrah merupakan salah satu seni musik bernuansa religi. Dengan beberapa alat seperti Tam, Terbang, Durbuka, Bas, dan Kresek/Markisa/Marawis. tim ini biasanya terdiri dari 12 hingga 15 pemain.
Personal pemain diatur dengan komposisi pemukul Terbang 4 orang, Bas 1 orang, Tam 2 orang, Durbuka 1 orang, Kresek/Markisa 1 orang dan vocal 4 orang. Namun, dalam setiap penampilan setidaknya harus disiapkan personal sejumlah 20 orang untuk menjaga adanya pergantian pemain.
Keberadaannya serupa dengan Seni Burdah dan Marawis, yaitu seiring dengan masuknya agama Islam di Lombok. Hal itu ditunjukkan lewat lantunan shalawat yang diperdengarkan sebagai refleksi jiwa cinta ummat Islam kepada Nabi Muhammad.
Karena itulah, dalam penampilannya, para pelaku Seni Hadrah dibekali dengan pengetahuan bershalawat. Beberapa kitab acuan yang berisikan shalawat Nabi adalah Sintuddurar, Maulid Addiba’i, dan Maulid Al-Barzanji.
Kendati dinamika zaman menjadi salah satu faktor menurunnya kaderisasi, beberapa Ponpes di Lombok Timur (Lotim) masih eksis memainkan peran dalam kesenian Hadrah, salah satunya Ya Jamaila.
Menurut pemerhati seni hadrah, Ustad Chaerul Munadi, S.Pd.I., yang aktif bergumul di Yayasan Pendidikan Jami’ul Khair, sejak berdirinya kelompok tersebut pada tahun 1998, pihaknya sudah tertarik dan merindukan adanya sebuah wadah yang dapat meningkatkan tingkat Iman dan taqwa serta cinta kepada Rasulullah.
Dari sanalah kemudian muncul tradisi shalawatan di kalangan masyarakat setempat. Pada tahun 2016 dibukalah ekstrakurikuler Seni Hadrah di MI dan MTs yang ada di dalam naungan Ya Jamila. Anggotanya diperluas tidak saja dari kalangan yayasan, namun juga dari para santri TPQ (Taman Pendidikan Al-Qur’an) dalam internal majrlis ta’lim setempat.
Ustad Chaerul Munadi menuturkan awal mula terbentuknya kelompok tersebut ketika melihat banyaknya para santri dengan hobi seni music pop, dangdut dan lagu-lagu barat. Pelan namun pasti para santri diarahkan kepada arti pentingnya seni musik religi. Hal yang sangat penting adalah tak sekadar bernyanyi atau melantunkan syair, akan tetapi bagaimana kita dalam berseni dengan melantunkan nasyid-nasyid atau bershalawat Nabi.
“Selain menikmati indahnya seni budaya, dengan bershalawat berarti kita telah mewujudkan rasa cinta kita kepada baginda Nabi Besar Muhammad Rasulullah Saw. Sekaligus dapat menarik pelajaran yang dapat meningkatkan keimanan dan ketaqwaan kita kepada Allah Swt,” kata Munadi.
Munadi mengatakan untuk memelihara eksistensi kelompok tersebut, pihaknya mendatangkan seorang pelatih dari kalangan Habaib yaitu Habib Fairus Al Gadri dari Tanjung Teros Lombok Timur (Lotim). Sosok ini dinilainya mengenal banyak Sirah Nabawiyah, terlebih Habib Fairus Al Gadri juga Ketua Majelis Shalawat Kabupaten Lotim.
“Setelah itu para santri belajar dan latihan sendiri. Hasil latihan direkam, selanjutnya dikirim untuk dinilai/dikoreksi oleh Habib Fairus, Alhamdulillah sampai saat ini Hadrah Ya Jamila sudah beberapa kali tampil menunjukkan kebolehannya dalam kegiatan keagamaan seperti Maulid, Hari-hari Besar Islam dan pada saat aqiqah,” lanjut Munadi seraya berharap adanya panggung untuk pentas sebagai upaya memasyarakatkan Hadrah pada khususnya sebagai ruang berekspresi.
Sekdes Telaga Waru, Junaidi, mengapresiasi keberadaan Ya Jamila. “Terhadap adanya potensi desa sehingga diberikan dukungan sebagai wujud kepedulian dalam pemberdayaan dan pengembangan potensi desa. (Kus)