Desa Aikmel, merupakan satu dari 14 desa yang ada di wilayah Kecamatan Aikmel, Lombok Timur. Desa ini memiliki mata air yang dikenal sebagai Pesanggerahan. Sampai saat ini, Pesanggerahan ramai dikunjungi dan sudah ditata sedemikian rupa sehingga lebih reperesentatif dan menjadikan para pengunjung merasa nyaman dan terpuaskan oleh udara segar yang meniup sepoi-sepoi di antara banyak pepohonan pelindung di sekelilingnya.
Letaknya tidaklah sulit ditemukan, sekira 100 meter dari perempatan jantung Kota Aikmel (Masjid Besar Al-Mujahidin Aikmel) menuju Desa Toya. Ada dua kolam pemandian di antara dua pohon besar berumur ratusan tahun sebagai sumber mata air yang keluar dari bawah lantai/dasar kolam yang jernih, dingin, dan segar.
Keberadaannya sebagai aset peninggalan masa lalu . Pesanggerahan ini sangat potensial, selain untuk mengairi ratusan hektar sawah sebagian Desa Aikmel, Bagik Nyaka , dan Desa Mamben hingga Tembeng Putik Kecamatan Wanasaba, juga sebagai bagian dari destinasi wisata andalan Desa Aikmel khususnya.
Kolam Pesanggerahan Aikmel senantiasa terjaga dan terawat dengan berbagai fasilitas pendukung. Ada ruang parkir, WC, dan mushalla. Ada lapak-lapak yang menawarkan makanan dan minuman serta aneka produk khas lainnya sebagai oleh-oleh atau cenderamata untuk para pengunjung.
Pesanggerahan ini ramai dikunjungi terutama wisatawan lokal pada saat libur panjang dan hari-hari besar. Bahkan sering juga dimanfaatkan sebagai tempat pertemuan penting, baik acara keluarga, organisasi, kantor dan ataupun lainnya karena suasananya yang sejuk dan segar.
Menurut Zainal Abidin, staf pengelola Bumdes Aikmel — yang diberi tugas mengelola Pesanggerahan — Ahad (18/11/18), prosfek Pesanggrahan yang dikelola oleh Bumdes Aikmel ini merupakan bagian dari destinasi wisata air. Kata dia, dari pengunjung yang datang dipungut tiket masuk yang terhitung sebagai sumber APBDes Sebagai bagian dari PADes, dari kolam ini diperoleh pemasukan yang lumayan besar.
“Untuk hari libur (hari Ahad) Pesanggerahan Aikmel ini dapat mendatangkan pemasukan sekitar Rp 600.000, sedangkan pada hari biasa hanya Rp 50.000. Sementara untuk hari besar bisa medatangkan rata-rata senilai Rp 4.000.000 sampai Rp 8.000.000,” ungkap Zainal
Zainal Abidin menugaskan dua orang untuk menjaga pintu masuk dan memantau kondisi di lingkungan Pesanggrahan. “Tiap hari kita dibantu oleh 2 orang petugas,” katanya.
Sekali masuk, pengunjung hanya dipungut Rp 3000 per orang. Nah, pengunjung ada yang datang sendiri, dengan keluarga, atau bersama rombongan. “Biasanya kalau rombongan mereka menggunakan mobil,” terangnya. kusmiardi