Tak perlu repot mencari tupat lontong saat lebaran. Di Kelurahan Punia, kuliner ini tidak pernah sepi bahkan di hari-hari biasa.
Pada hari biasa, selain dijual di pasar tradisional, makanan khas ini juga dijual di pinggir jalan bersamaan dengan penjualan pelecing, uran dan pecel. Ketika Idul Fitri tiba, jumlah pedagang tupat lontong di kawasan ini bertambah berlipat lipat.
Para pedagang memenuhi sepanjang jalan Abdul Kadir Munsyi hingga jalan Erlangga. Tidak hanya itu. Terdapat pula jajanan tambahan seperti kue bantal isi pisang atau biji-bijian.
Masyarakat seputar Kota Mataram sudah sangat familiar dengan tupat lontong di Kelurahan Punia, Kota Mataram. Karena itu, pasca menjalankan shalat Idul Fitri, para pembeli datang berjimbun hingga mengakibatkan kemacetan.
Harga yang ditawarkan cukup bervariasi tergantung ukuran, mulai dari Rp 1.000 hingga Rp 7.000 perbiji. Biasanya tupat lontong ini disajikan bersamaan dengan kare ayam dicampur urab. Penyuka tupat sayur sering menjadikan kuliner ini sebagai makanan wajib saat lebaran.
Menurut Mahyun, warga setempat, pedagang tupat lontong di Punia sudah ada sejak puluhan tahun lalu. Namun, kemunculaannya dengan jumlah pedagang yang banyak terjadi saat hari raya seperti Idul Fitri, lebaran topat dan Idul Adha.
Hal ini cukup beralasan karena kehidupan pedagang sangat bergantung pada pembeli. Pasalnya, pembuatannya memerlukan waktu hingga 13 jam. Karena itu, pedagang ingin memastikan dagangannya laku terjual agar waktu yang tersita tidak percuma.
“Para pedagang biasanya sudah muncul sejak subuh. Ada yang sudah memiliki pelanggan seperti pedagang bakso dan ada pula yang menjualnya begitu saja dengan cara memajang di atas meja, ” kata Iduk, warga Punia Saba.
Kendati tidak cukup signifikan mengangkat perekonomian keluarga, Punia sebagai pusat kuliner tupat lontong tetap menunjukkan. eksistensinya mempertahankan kuliner khas ini.
“Coba bayangkan kalau orang membuat sendiri untuk dikunsumsi. Nilai uang yang dikeluarkan akan cukup tinggi dibandingkan dengan cara membeli, ” ujar Denik, salah seorang konsumen setia tupat lontong saat lebaran. Ian