Menulis literasi puitis yang humanis
disorot bola lampu philips 8 W
nyaman dan lebih cerah di rasa
cahaya pun membuka kelopak mata sukma
puisi-puisiku berselancar di gelombang imajinasi.
Duhai sang kekasih maha pengasih
rinduku memburu wajahmu
yang senantiasa nyala dalam cinta
tiada tidur dalam jaga
umat luluh dalam makrifat
cair dalam takbir yang pikir dan zikir.
Dalam tidur yang terukur
aku pun padamkan rol neon
dalam gelap senyap
matamu mengerling di hamparan alam semesta.
Bah membanjir lagi melanda desa dan kota pesona kuasa
arus yang buncah tenggelamkan sendi -sendi kehidupan
aroma bau tak sedap terhisap
suara miring yang nyaring
membentur genderang telinga
adakah muara dan samudera biru
yang menampung seteru itu?
Menatap ke atap langit
yang pesta cahaya
melangkah di semesta bumi
berbusana hijau menawan.
Aku,kau dan siapa pun
mengisap dan menghembus napas
di bawah matahari dan bulan
yang mengekal akal sehat
yang meraih bisik etik
Tuhan maha simpatik
mengusik mimpi hitam.jelaga.
Badai hilang bayang
damai menyepuh jantung
mekar senyum di sini yang fana
tertawa di sana yang pesona Maha Abadi.
Di kaki langit Sumbawa-NTB
2 Maret 2024.