Selong, Literasi- Ribuan Ibu – ibu membawa dulang berisi makanan khas Sasak datang dari empat penjuru mata angin. Mereka bertemu pada satu titik di simpang empat Kantor Desa Pengadangan.
Tradisi betetulak ini mengawali proses adat Ngangkat Jungkat di Desa Pengadangan, Kecamatan Pringgasela, Kabupaten Lombok Timur pada Rabu (27/12) sore.
Jungkat dalam bahasa Sasak berarti angkat atau junjung. Benda warisan ini merupakan simbol dari niat dan tekad kuat warga Pengadangan menjunjung tinggi nilai-nilai hukum, adat dan agama. jungkat merupakan salah pusaka leluhur warga Pengadangan yang digunakan Khatib saat solat Jumat, idul Fitri dan idul adha.
Ketua Panitia Pesona Budaya VI Pringgasela, Nandur Annasip di sela acara kemarin menjelaskan,
Ritual ini dilakukan sebagai simbol hukum pemerintahan, agama dan adat, yang dihadiri oleh Kiai, Kepala Wilayah, dan tokoh masyarakat. H. Ruhiadi, sebagai keturunan khatib, memimpin prosesi dengan mengangkat jungkat, kelok berisi jubah, sajadah, dan selendang Sri Ketip Menggala, serta gegaman sebagai simbol kepemimpinan.
Perjalanan dimulai dari arah berbeda, berkumpul di muka perempatan, melambangkan kesatuan niat. Setelah tiga lingkaran terbentuk, tokoh agama, kepala desa, dan tokoh adat bersama-sama menegakkan jungkat, menciptakan simbol kesatuan tekad.
H.Ruhiadi menyerahkan kelok dan gegaman kepada tokoh adat dan kepala desa, merepresentasikan persatuan hukum agama, adat, dan pemerintahan. Proses selanjutnya melibatkan tiga generasi Pengadangan yang menerima kelok, jungkat, dan gegaman, menuju masjid sebagai bentuk pelestarian nilai budaya.
Jungkat, yang berarti junjung dan angkat, menjadi pusaka peninggalan Sri Ketip Menggala dan mengganti, menyimbolkan ajaran tunggal dan ketuhanan. Prosesi ngangkat jungkat mencerminkan kesatuan tekad tokoh dan masyarakat dalam menegakkan perintah agama, menciptakan masyarakat yang harmonis.
Jungkat ini dipercaya memiliki kesaktian oleh warga Pengadangan. Saat dibawa dan ditaruh, tidak boleh miring. Ketika miring ke selatan maka warga di sebelah selatan Pengadangan akan banyak sakit. Begitu pun sebaliknya. Karenanya, jungkat ini harus berdiri tegak lurus.
Pesona Budaya VI Desa Pengadangan menjadi wujud pelestarian nilai budaya yang dihayati oleh seluruh warga, memperkuat kesepakatan hukum agama, adat, dan pemerintahan sebagai satu kesatuan ikhtiar yang kuat dan berakar dalam tradisi mereka.
Kepala Desa Pengadangan, Iskandar saat dikonfirmasi terpisah mengatakan, pesona Budaya kali keenam digelar ini sebagai salah satu cara warga Pengadangan mempertahankan nilai-nilai budaya dan adat istiadat yang turun temurun di Pengadangan.li