Jumat , September 13 2024
Pembuatan gula semut di Desa Dasan Geria

Mahasiswa KKN STP Mataram Fasilitasi Pengurusan Izin Edar Produk UMKM

Bukan karena adanya mahasiswa KKNT kemudian muncul gula semut atau serbat. Namun, gula semut justru menarik mahasiswa KKN STP Mataram karena merupakan sebuah potensi terpendam di sebuah desa.

Memiliki manfaat kesehatan yang luar biasa,  tidak elok membiarkan minuman berkhasiat itu hanya dikonsumsi masyarakat lokal. Peninggalan leluhur yang memiliki peluang berkembang luas dengan daya dukung bahan baku yang melimpah itulah yang membuat mahasiwa ingin berperan menjembatani kebutuhan masyarakat akan pemasarannya.

Banyak cara mahasiswa mengatrol keberadaan minuman tradisional ini diera yang semakin canggih dewasa ini. Ketika para ibu di desa Dasan Geria, Kecamatan Lingsar, Kabupaten Lombok Barat, sudah memiliki kemampuan meracik gula semut dengan berbagai rasa, hal lain yang masih perlu diperkaya adalah dari sisi kemasan. Selain kemasan, ada izin edar karena setiap pangan olahan yang diproduksi di dalam negeri atau yang diimpor untuk diperdagangkan dalam kemasan eceran, pelaku usaha pangan wajib memiliki izin edar.  Hal inilah yang salah satunya dibantu mahasiswa KKNT STP Mataram di desa itu agar peredaran gula semut/serbat bisa meluas melebihi batas desa.

Kewajiban memiliki izin edar tersebut dikecualikan terhadap pangan olahan tertentu yang diproduksi oleh industri rumah tangga. Bagi industri rumah tangga diwajibkan memiliki Sertifikat Produksi Pangan Industri Rumah Tangga/SPP-IRT (nomor PIRT).

Peraturan Kepala Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) nomor 27 tahun 2017 menyebutkan Izin edar pangan olahan yang diperdagangkan di Indonesia dapat diterbitkan oleh bupati/wali kota melalui Unit Pelayanan Terpadu Satu Pintu/Aplikasi OSS ataupun Badan POM sesuai dengan kategori pangan dan tingkat risiko.

Di sinilah letak persoalan bagi para pelaku ekonomi di perdesaan yang rata-rata enggan menyisakan waktu untuk urusan legalitas tersebut. Nah, mahasiswa KKNT STP Mataram kemudian berontribusi dalam upaya ini. Kendati hanya memiliki waktu terbatas berada di desa, upaya membantu ekonomi masyarakat tersebut menjadi satu keniscayaan untuk berperan serta dalam pembangunan perekonomian masyarakat.

Menyelami dan mencarikan solusi permasalahan masyarakat perdesaan merupakan  pertanyaan penting ketika mahasiswa terjun ke tengah-tengah masyarakat. Di lokasi KKNT Desa Dasan Geria, para mahasiswa menemukan solusi beberapa persoalan tersebut seperti aksesibilitas, peningkatan efektivitas dan kapasitas sumber daya bidang pariwisata,  Digital Marketing. Terkait keberadaan gula semut, para mahasiswa pun melakukan kegiatan untuk mendorong produk itu bisa mewarnai pemasaran yang lebih luas. Hal ini sesuai dengan keinginan pemerintahan desa setempat.

Humas Desa Dasan Geria, Ramdan, mengakui potensi produk UMKM Dasan Geria sangat kaya. Namun, persoalan izin edar menjadi kendala bagi pelaku UMKM. Karena itulah, keterlibatan mahasiswa dalam membantu memasilitasi kebutuhan itu sangat membantu masa depan perekonomian masyarakat setempat. Setidaknya, kata dia, gula semut yang selama ini hanya mendiami kios di kampung-kampung di desa itu bisa mengisi gerai pasar modern.

Menurut Dea, salah seorang mahasiswa KKN di Desa Dasan Geria, proses pembuatan gula semut tidak memakan waktu lama jika cuaca cerah. Seorang pelaku UMKM ini bisa menghasilkan 10 kg gula semut atau serbat dalam sekali produksi. Pemasaran sementara ini hanya di seputaran desa dan bisa ludes dalam beberapa hari. Karena itu, jika jangkauan pemasaran diperluas ia meyakini gula semut akan laris manis di pasaran yang lebih luas.

Ketua STP Mataram, Dr.Halus Mandala, mengemukakan pariwisata memberi dampak yang luas bagi masyarakat. Karena itulah, berbagai potensi di pedesaan mesti dikelola. Salah satnya adalah produk UMKM yang bisa menjai oleh-oleh atau cinderamata bagi para pengunjung.

Sedangkan keterlibatan mahasiswa KKN sebagai wadah pengabdian kepada masyarakat serta sebagai bukti kongkrit implementasi tri dharma perguruan tinggi.

KKN STP Mataram Tahun 2023-2024 berlangsung selama 45 hari kerja tidakhanya berlangsung di Desa Dasan Geria, Kecamatan Lingsar, Kabupaten Lombok Barat, melainkan ditujuh desa lainnya dengan berbagai program yang diarahkan mendukung pembangunan ekonomi masyarakat khususnya yang berkaitan dengan pariwisata.ian

Check Also

Ketua Dekranasda Takjub Mutiara Lombok

Ketua Dewan kerajinan Nasional NTB, Dessy Hassanudin, meninjau secara langsung budidaya mutiara serta hasil laut …

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *