Lobar, Literasi-Sekolah Tinggi Pariwisata (STP) Mataram memberi pembekalan terkait Paket Wisata dan Etos Kerja di Desa Wisata kepada masyarakat Desa Dasan Geria, Kecamatan Lingsar, Kabupaten Lombok Barat, Sabtu (18/11).
Pada acara yang diinisiasi mahasiswa KKNT STP Mataram itu, hadir Kepala Desa Dasan Geria, Kadus Murpeji, Pokdarwis, pemilik homestay, Babinkamtibmas, mahasiswa dan tokoh pemuda desa setempat. Sedangkan pemateri masing-masing Ketua STP Mataram, Dr.Halus Mandala dan Bratayasa, salah seorang dosen setempat.
Pencerahan tersebut tidak lepas dari minat Pemdes Dasan Geria membentuk Desa Wisata menyusul dibangunnya Bendungan Meninting yang merupakan proyek strategis nasional. Keberadaan bendungan diharapkan mampu menjadi daya tarik wisata, terlebih desa tersebut memiliki beragam potensi penunjang lain.
Dosen STP Mataram, Wayan Bratayasa, mengatakan paket wisata yang bagus adalah yang dibuat sendiri. “Desalah yang mendesain bagaimana membuat produk unggulan,” katanya seraya menyebut agar mulai didata potensi wisata seperti benda peninggalan, sosial budaya, destinasi wisata buatan dan alami. Dengan cara ini akan bisa dideteksi lama perjalanan wisatawan.
Bratayasa mengemukakan bahwa hal penting pariwisata adalah informasi. Makin banyak yang menerima informasi positif tentang suatu lokasi maka semakin banyak yang datang ke daerah itu.
Menurutnya, dalam paket wisata, detik demi detik harus ada distribusi tamu karena dengan cara itulah modal pelaku pariwisata akan kembali. Oleh sebab itu, perlu dianalisa produk yang dijual, berapa yang bisa laku, dan lain-lain.
“Bicara industri tanpa bicara uang tidak mungkin,” katanya seraya menyebut komponen tour meliputi transportasi, penginapan, kuliner, dan lain-lain.
Ia mengatakan setiap tamu mesti diajak berkomunikasi dan diberikan informasi yang benar walau disampaikan oleh orang yang berbeda. Jangan sampai informasi tentang destinasi wisata berbeda antara satu dan yang lain.
“Jika ada tamu yang tak suka katakan di mana tak sukanya. Karena dari sana akan muncul evaluasi. Pariwisata harus berani dibandingkan dengan yang lain. Karena, alasan pariwisata mendapatkan pengalaman baru, orang baru dan kesan baru,” ujarnya.
Menurut Bratayasa, pariwisata selalu mengalami reproduksi zaman. Semua generasi menentukan pariwisata. Pada generasi z sekarang, setiap wisatawan tidak lepas dari internet sehingga para pelaku wisata mesti mengikuti trend itu.
“Pariwisata tak perlu bersaing tapi bersanding. Jangan biarkan wisatawan tidak bertanya dan tidak menerima informasi yang kita punya,” cetusnya.
Sementara itu, Ketua STP Mataram, Dr.Halus Mandala, menguraikan terkait etos kerja pegawai maupun karyawan di sektor wisata khususnya desa wisata. Pasalnya, situasi kerja menentukan kualitas wisata. Karena itu, pihak mana pun mesti merinci pekerja yang efektif dan tidak efektif mengingat (bahkan) sering kali ada karyawan yang potensial menghancurkan.
“Deteksi karyawan dengan melihat etos kerjanya. Kerja keras dengan daya saing bisa mempercepat tujuan,” ujarnya seraya menambahkan pelaku pariwisata agar senantiasa mingkatkan etos kerja dengan disiplin dan menghargai waktu, membangun optimisme, fokus serta mampu menciptakan motivasi.
Sedangkan, Kepala Desa Dasan Geria, Fahrul Aziz, mengatakan banyak potensi wisata di desanya, terlebih dengan kehadiran Bendungan Meninting. Tidak hanya wisata alam yang bersuhu sejuk, Dasan Geria pun memiliki wisata budaya berupa produk-produk kesenian seperti atraksi gamelan dan pewayangan.
“Dasan Geria ini Sembalunnya Lombok Barat. Jadi keuntungannya untuk mendapatkan hawa dingin,di sinilah daerah yang terdekat dari Kota Mataram,” katanya seraya menambahkan bahwa sudah banyak wisatawan yang bertandang ke desanya walau belum ada kerjasama signifikan dengan pihak travel. ian