Berbagai potensi perdesaan mengemuka ketika mahasiswa menggelar Kuliah Kerja Nyata Tematik (KKNT) sejak beberapa hari lalu. Setidaknya, mahasiswa Sekolah Tinggi Pariwisata (STP) Mataram telah memetakan berbagai potensi yang bisa menunjang perekonomian masyarakat desa seperti potensi kakao untuk pembuatan coklat, tanaman hias hingga UMKM.
Tim Monev KKNT STP Mataram yang terdiri dari Ketua STP Mataram Halus Mandala beserta dosen sekaligus pakar pariwisata masing-masing Dr.Sri Susanti, Dr.I Putu Gede, M.Par, dan H.Fathurrahim, menyambangi empat lokasi KKNT masing-masing Desa Pengembur, Desa Lendang Are, Desa Suranadi, dan Desa Lebah Sempage, Rabu (154/11),
Di Desa Pengembur, potensi seni kerajinan gerabah dan pande besi menjadi salah satu modal desa wisata itu dalam mengembangkan dirinya. Menilik lokasinya yang dekat dengan bandara internasional, memungkinkan wisatawan singgah ke Desa Pengembur.
Kades Pengembur, M.Sultan SPd, mengakui kontribusi mahasiswa cukup besar tidak hanya dalam program yang dicanangkan melainkan termasuk dalam helatan tradisi. Selain seni kerajinan, desa itu sendiri memiliki persawahan yang indah sebagai sebuah pesona.
“Namun, pariwisata tak cukup dengan pesona, perlu membangun komunikasi yang intens dengan berbagai pihak agar dikenal,” katanya seraya menambahkan pihaknya memiliki semangat 1000 persen membangun pariwisata.
Sementara itu, geliat perekonomian di Desa Lendang Are sangat terasa dengan hadirnya 48 UMKM. Potensi itulah yang dikelola mahasiswa STP Mataram dengan upaya membantu pemasaran produk, pembuatan kemasan dan izin edar, berbagai makanan olahan. Para mahasiswa melakukan kerjasama dengan Dinas Pariwisata dan Dinas Perindag setempat dalam labeling produk dan pemasaran.
KKNT mahasiswa STP Mataram di Lebah Sempage melahirkan produk coklat yang diminati masyarakat. Dengan alat-alat sederhana, para mahasiswa mengolah kakao menjadi coklat yang kemudian dipasarkan. Hebatnya, banyak peminat yang memuji olahan mahasiswa itu yang dating dari luar.
Selain coklat, Lebah Sempage memiliki arena camping ground dan obyek wisata lain yang menarik minat pengunjung pada musim liburan. Sejak empat bulan lalu areal wisata ini dibuka, setidaknya 3000 an pengunjung sudah datang ke sana.
Sedangkan di Desa Suranadi, mahasiswa aktif terlibat dalam budidaya tanaman hias untuk membawa NTB di kancah nasional maupun internasional. Berbagai jenis tanaman hias itu sebelumnya dikirim via Bali dan Jawa sehingga membawa nama kedua daerah tersebut. Hal itu mencoba dibenahi bersama 11 kelompok pembudidaya tanaman hias agar nama NTB lah yang berkibar.
Ketua STP Mataram, Dr.Halus Mandala, mengemukakan pariwisata tidak berhenti pada pesona, melainkan ditentukan pula oleh komunikasi. Melalui komunikasi berbagai potensi bisa dikenal secara luas. Artinya, kata dia, apapun bentuk potensi yang dimiliki tidak akan dikenal jika tidak dikomunikasikan ke dunia luar. Karena itu, ia menekankan peran mahasiswa untuk mengenalkannya dengan berbagai cara yang sudah direncanakan. ian