Lobar, Literasi-Kelompok Kuliah Kerja Nyata (KKN) mahasiswa bersama sejumlah dosen Sekolah Tinggi Pariwisata (STP) Mataram, memberi edukasi di Desa Dasan Geriya, Kecamatan Lingsar, Kabupaten Lombok Barat, terkait pembentukan desa wisata.
Edukasi itu pada 25 Oktober di desa setempat berlangsung dalam Rapat Perdana Penyusunan Program Kerja Mahasisswa KKN STP Mataram. Hadir Kades Fahrul Azis, perangkat desa, tokoh masyarakat, dan Pokdarwis.
Diskusi berlangsung menarik ketika mencuat keinginan Kepala Desa Dasan Geriya menjadikan desanya sebagai desa wisata. Pasalnya, desa tersebut kini menjadi pusat perhatian disebabkan menjadi lokasi pendirian Bendungan Meninting yang memiliki pemandangan indah. Di desa itu tidak hanya bisa menyaksikan pemandangan alam setempat melainkan juga bisa melihat Kota Mataram dari ketinggian.
Kendati belum rampung benar, Bendungan Meninting telah menjadi perbincangan masyarakat karena kondisi alamnya yang memesona. Untuk itulah mahasiswa dan dosen memberikan informasi berkenaan dengan pembentukan desa wisata.
Selain minat menjadikan Dasan Geriya sebagai desa wisata, Kades pun ingin agar mahasiswa KKN meninggalkan legasi selama KKN, yakni program bermanfaat yang bisa dikembangkan masyarakat.
Keinginan itu ditanggapi dosen pembimbing lapangan dengan memaparkan bahwa untuk mewujudkan desa wisata terdapat 5 hal yang perlu diperhatikan. Lima aspek itu yakni yang biasa menjadi penilaian Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) seperti daya tarik wisata yang unik atau berbeda dari desa wisata lain, harus dipersiapkan homestay dan toilet umum, suvernir desa setempat, digitalisasi dan konten kreatif, CHSE dan kelembagaan.
“Jika ingin mengembangkan desa wisata buatkanlah kelembagaannya seperti pengelola desa wisata yang biasanya diberikan kewenangan kepada BUMDes dibantu Pokdarwis,” kata Ketua STP Mataram, Dr.Halus Mandala, M.Hum seraya menyebut Peda NTB Nomor 10 Tahun 2021 tentangDesa Wisata.
Menurut Halus, Dasan Geriya memiliki potensi gula aren sehingga bisa dibuat pengolahan gula aren menjadi berbagai jenis poduk makanan. Karena itu, Halus bersedia memasilitasi dalam bentuk produk gula arean yang siap dipasarkan seperti izin, kemasan dan label halal.
“Kades memang ingin itu diwujudkan,” katanya.
Khusus daya tarik wisata, Halus Mandala menilai bendungan salah satunya selain Dusun Mesugi yang memiiki potensi atraksi yang bisa dinikmati wisatawan ketika bekunjung. Potensi wisata alam itupun bisa dikembangkan dalam sport tourism, yakni bersepeda.
“Kalau Mesugi dikembangkan jadi obyek wisata bagus, hanya saja sarana jalan yang perlu diperbaiki,” katanya. “Masyarakat pun harus menyediakan tempat kulier. Jangan sampai di sana tidak ada tempat menjual makanan yang layak dinikmati wisatawan,” tambahnya
Hal lain yang perlu diperhatikan adalah edukasi masyarakat agar welcome kepada wisatawan. ian