Mataram, Literasi. Guna melestarikan naskah kuno, Museum Negeri Nusa Tenggara Barat membuka kegiatan sekolah filologika angkatan ke-3 yang dilaksanakan pada, Rabu (17/05/2023).
Kegiatan bertujuan untuk meningkatkan sumber daya manusia ASN Museum, pelajar/mahasiswa serta masyarakat dalam rangka mengajak peran serta masyarakat dalam pelestarian naskah kuno dan meningkatkan apresiasi masyarakat terhadap museum.
Acara berlangsung selama 18 kali pertemuan yaitu dari tanggal 17 Mei s/d 28 Juni 2023 dengan peserta dari Kota Mataram 8 orang, Lombok barat 4 orang, Lombok Tengah 8 orang, Lombok Timur 1 orang, Kabupaten Sumbawa 1 orang, KLU 1 orang, serta Jakarta 1 orang.
Kepala Museum NTB, Ahmad Nur Alam, dalam sambutan pembukaannya, menyampaikan bahwa sekolah filologika ini merupakan indikator kinerja utama yang tertuang pada Perda No. 16 Tahun 2021 tentang pemajuan kebudayaan.
“Kita di museum selalu berusaha untuk memajukan kebuudayaan itu, salah satunya adalah terkait dengan mempelajari manuskrip,” ujarnya.
Dikatakannya, sekolah filologika adalah bagian dari pada salah satu pemenuhan indikator kinerja utama, yang dimana museum mengajak masyarakat untuk mengetahui dan belajar terkait dengan manuskrip yang ada, khusunya lontar yang ada di Museum NTB.
“Kita adakan ini supaya masyarakat dan generasi muda lebih memahami terkait isi dari manuskrip yang kita miliki terkait dengan infofmasi kebudayaan yang melatarbelakangi mamuskrip itu ditulis, ” jelasnya.
Lanjut Alam, sapaan akrabnya, masyarakat yang dapat membaca lontar semakin lama tentu akan berkurang. Sehingga dengan adanya sekolah filologika diharapkan dapat mencetak generasi yang bisa membaca lontar.
Ia erharap, dari angkatan ke 3 ini, kita bisa mendapatkan generasi-generasi yang dapat membaca lontar.
Kepala Bidang Kebudayaan Prov. NTB, Lalu Faturrahim, S.Pd. MH, menyampaikan sekolah filologika untuk menjawab kebutuhan masyarakat terkait pahaman sejarah peninggalan nenek moyang.
“Setidaknya kami bersyukur kepada kepala museum yang punya gagasan untuk melaksanakan kegiatan ini. Kedepannya semoga mimpi ini dapat tercapai, ” ungkapnya.
Dikatakannya, untuk merawat warisan budaya, perlu adanya keseriusan dalam memahami naskah kuno. Sehingga warisan budaya nenek moyang tidak lekang oleh zaman.
“Saya, kami, dan kita semua di NTB ini, saya harap untuk siap menerima dan serius untuk menerima warisan budaya oleh sejarawan agar tidak hilang oleh setiap generasi,” harapnya.md