SINGARAJA, Literasi-Toleransi sudah terpatri selama ratusan tahun antara Nyeme Bali dan Nyame Selam di Kabupaten Buleleng. Saling menghargai itu terpelihara dan tidak pernah terjadi konflik karena sudah saling menjaga atau menyameberaye.
Hal itu mengemuka dari percakapan Duta Selaparang dengan AA Panji Parwata, Penglingair Puri Buleleng ketika menghadiri perayaan Idul Fitri 1444 Hijriyah di Masjid Nur Rahman, Kampung Jawa, Singaraja, Bali, Sabtu (22/4).
AA Panji Parwata dan keluarga turut makan bersama dengan jamaah setempat. Hadir pula tokoh masyarakat Kampung Jawa, Moh. Zen Usman.
AA Panji Parwata mengaku sudah enam kali menghadiri undangan dari masyarakat Kampung Jawa. Hal serupa juga dilakukan masyarakat Kampung Jawa ke Puri setempat dalam momentum tertentu.
Menurutnya, toleransi itu terpelihara disebabkan saling menghargai. Dia sendiri mengaku tidak pernah terganggu dengan suara azan yang dikumandangkan lima kali sehari, sebagaimana Nyame. Selam tidak merasa terganggu alias menerima dengan upacara yang dilakukan ummat Hindu.
Saling menjaga juga ditunjukkan dengan tindakan. Sebutlah ketika hendak membangun masjid, warga Kampung Jawa menyambangj AA Panji untuk meminta izin.
“Jadi ini semua sudah berlangsung sejak tahun 1600 an dan terpelihara sampai sekarang, ” ujarnya. Hal itu berlangsung turun turun. Harapannya kedepan anak cucu menjaga itu keharmonisan semua itu agar sikap saling menghargai terpelihara di masa mendatang.
Tokoh Kampung Jawa, Moh. Zen Usman, mengatakan tidak pernah sekalipun terjadi persoalan antara nyama bali dan nyama selam. Toleransi terjaga dengan baik sehingga hubungan tetap jarmonis. Bahkan AA Panji membantu warga Kampung Jawa dalam hal-hal yang sifatnya urgent. Ian