Selong, Literasi-Bagaimana ketika Anda menyaksikan ribuan dulang dibawa ibu-ibu kekuburan? Sebuah tradisi suku bangsa Sasak yang unik ini mewarnai pedesaan menjelang datangnya bulan suci Ramadhan.
Dulang itu sendiri merupakan sebuah wadah serupa nampan dengan tutup setengah lingkaran berwrna merah yang biasa disebut tembolaq. Di dalam wadah dulang itu terdapat makanan dengan lauk-pauknya yang komplit.
Keberadaan dulang senantiasa mewarnai setiap momentum penting bagi masyarakat Sasak, baik yang berkaitan dengan agama, adat dan budaya. Sehingga dulang bias dianggap sebagai simbol yang mengikat tali silaturrahim masyarakat suku bangsa Sasak.
Tradisi ini erat kaitannya dengan upaya mengikuti sunnah Raasulullah SAW, karena dengan demikian warga mayarakat bisa bersama, termasuk makan bersama dalam satu wadah yang di Lombok disebut sebagai begibung.
Dalam satu dulang biasanya terdapat dua piring nasi yang disebut ponjol, dua mangkuk tempat sayur yang berkuah, telur serta buang-buahane seperti pisang, kacang kedele dan tempe.
Ketika ibu – ibu di Desa Gelanggang Kecamatan Sakra Timur, Kabupaten Lombok Timur ramai – ramai membawa ribuan dulang berisi makan khas suku bangsa Sasak ke Komplek Pekuburan Umum Batu Ngereng, Minggu (19/03/2023) sore, hal itu tidak lepas dari rasa kebersamaan dalam menyambut bulan suni Ramadhan.
Iring – iringan ribuan dulang ini adalah rangkaian tradisi Roah 1001 Tembolaq Beaq yang rutin digelar setiap tahun untuk menyambut datangnya bulan puasa.
Setelah ribuan dulang diletakan berjajar di Komplek Pekuburan atau ketika semua peserta sudah sampai membawa dulang dari kediaman masing-masing, acara pun dimulai dengan prosesi zikir dan doa. Tokoh agama memimpin zikir dan do’a untuk bermunajat kepada Sang Maha Pencipta.
Setelah zikir dan doa berakhir, acara dilanjutkan dengan begibung atau makan bersama dengan para tamu undangan yang hadir. Terakhir adalah ziarah makam.Warga beserta keluarga berziarah ke makam leluhur masing – masing dan tokoh yang dimakamkan di Komplek Pekuburan UmumBatuNgereng.
Ziarah kubur itu sendiri menjelang bulan Ramadhan menjadi sebuah tradisi bagi masyarakat Sasak. Namun, membawa dulang beserta isi di dalamnya, adalah hal unik milik masyarakat Desa Gelanggang, Lepakdan Sakra Selatan.
Ketua Panitia Tradisi Roah 1001 Tembolaq Beaq, Sirhan, mengatakan tradisi ini rutin dilaksanakan setiap tahun menjelang datangnya bulansuci Ramadhan.
Tujuanya, terang Sirhan, sebagai wadah silaturrahmi antar warga sebagai bagian dari kearifan local masyarakat terutama di tiga desa yaitu DesaGelanggang, Lepak danSakra Selatan.
“Tradisi ini dimulai sejak satu minggu yang lalu, mulai dari bersih bersih kubur, penataan fasilitas di komplek kubur dan sakralan. Dan, puncaknya hari ini sampai padabegibung, ” ujarnya seraya mengharapkan tradisi tersebut terus lestari sebagai perekat nilai persatuan sekaligis sebagai khasanah wisata religi di Lombok Timur.li