SELONG, Literasi- Salah satu komponen peralatan tenun tradisional yang sangat vital adalah suri. Uniknya, jenis peralatan ini hanya ada di Dusun Bebay, Desa Mamben Lauk, Kecamatan Wanasaba, Kabupaten Lombik Timur (Lotim) NTB.
Setidaknya, pengrajin kain ikat tenun tradisional dari Pulau Jawa, Bali, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Irian Jaya, memesan peralatan utama alat tenun tradisional mereka berupa suri dari Lombok.
Menurut Haryadi, S.Pd., salah seorang pengrajin suri dari Desa Mamben Lauk, Kecamatan Wanasaba, Kabupaten Lotim, suri bisa dipesan hingga 8 kodi (20 biji) untuk satu orang pemesan. Harganya Rp 1.400.000 atau Rp. 70.000 perbiji untuk jenis suri kualitas terbaik.
“Untuk jenis Rangrang Rp 33.000 sampai Rp 35.000 perbiji. Sementara untuk suri jenis biasa harga perbiji Rp 27.000 ,” terang Haryadi, Senin (9/01/2023).
Haryadi mengatakan pemesanan sangat tergantung cuaca, waktu, tempat serta kebutuhan pemesan. Sebut saja semisal pengrajin Sesek Kereng di Pulau Lombok, kalau cuaca hujan terkadang mereka tidak nyesek (nenun) seperti halnya di Loteng.
Suri untuk di Pulau Lombok (Loteng, Lotim, Lobar, Kota Mataram, dan KLU) biasa diantar sendiri ke pemesan. Sedangkan untuk luar daerah pengiriman barang melalui perantara.
“Kalau untuk Daerah Lombok kita antar sendiri, sementara untuk daerah lain di luar Pulau Lombok suri kita kirim lewat online. Setiap tahun selalu ada pemesan minimal 5 kodi suri. Yang banyak dipesan jenis biasa. Mereka yang pesan banyak itu mungkin untuk dijual kembali,” terang Haryadi.
Selain untuk kebutuhan para pengrajin tenun tradisional, suri juga dipesan untuk kebuhan media pembelajaran. Beberapa antara pemesan berasal dari Padang Sumatera Barat.
“Dari Daerah Padang bahkan memesan suri untuk media pembelajaran di kalangan sekolah – sekolah,” terang guru Madrasah Ibtidaiyah Maraqitta’limat Mamben Lauk Lotim ini.
Ia mengakui pembuatan suri sangat ruwet dan termasuk sulit, sehingga butuh keuletan dan kesabaran. Untuk 1 biji suri misalnya, bisa dikerjakan dalam 1 hari bahkan hingga malam hari untuk jenis Marsis. Meskipun demikian, dengan tidak memandang harga dan menyita waktu, Haryadi optimis terus berkarya suri dengan tulus dan ikhlas bersama 10 orang lainnya di lingkungan Dusun Bebay, Desa Mamben Lauk.
“Meski sulit, tak memiliki nilai jual yang menjanjikan, kami tetap sebagai pengrajin suri untuk para pengrajin tenun kain tradisional se Indonesia,” kata Haryadi (Kusmiardi).