SELONG, Literasi – Adat istiadat sebagai produk budaya bagi masyarakat Sasak di Lombok. Budaya tersebut memiliki makna strategis penataan jati diri masyarakat dalam kehidupan bermasyarakat, beragama, berbangsa, dan bernegara.
Adat istiadat yang ada senantiasa dijaga dan dirawat tercermin dalam tatanan yang seimbang sebagai insan yang berbudaya dan beragama.
“Insyaallah dalam kurun waktu 2023 ini kami dari Lembaga Adat Krama Luhur berencana mengadakan pengkaderan. Sesungguhnya rencana ini sejak tahun 2018 sudah dimulai, namun karena suatu dan lain (gempa bumi, covid19) ditunda hingga 2022,” kata Lalu Yusrawardi, tokoh adat Krama Luhur, Rabu (4/1/2023).
Yusrawardi menjelaskan, rencana tersebut sudah masuk dalam APBDes 2023 sehingga menunggu cairnya DD APBDes dan kebijakan Pemdes.
Beberapa produk budaya yang akan menjadi materi penting dalam pengkaderan tersebut masing-masing Adat Merarik, Pembayun, Seni Gamelan, Seni Pewayangan, dengan sasaran tokoh masyarakat dan generasi muda. Sebagai pemateri dari Majelis Adat Sasak, para pembayun senior dan lainnya.
“Dari kalangan tokoh masyarakat akan diprioritaskan lebih dahulu adalah para Kadus, baru yang lain termasuk para generasi muda,” kata Yusrawardi seraya menambahkan pengkaderan dalam bidang budaya akan membawa kepada kelestarian budaya kearifan lokal setempat dan budaya daerah pada umumnya. Para kader inilah nantinya yang akan melanjutkan upaya ke arah pelestarian budaya daerah.
“Pengkaderan merupakan langkah dalam upaya pelestarian adat istiadat kita. Para kader inilah nantinya yang terus memperkenalkan dan mengembangkan adat istiafat kita. Adat istiadat tersebut memiliki makna filosofis yang sangat bermanfaat bagi keberlangsungan kehidupan sebagai masyarakat sosial yang berbudaya dan geragama,” ujar Yusrawardi (Kusmiardi).
