Loteng, Literasi-Gegara Presiden Jokowi mengenakan kain tenun bermotif ‘Bulan Getap” saat kunjungannya ke Lombok, kain tenun itu menjadi laris manis. Tidak hanya itu, kain bercorak bulan dengan latarbelakang hitam itu berubah nama menjadi motif Jokowi.
Tokoh masyarakat Lombok Tengah yang juga pengusaha kain tenun, Satradi, Minggu (18/12), menuturkan kehadiran Jokowi ke Lombok beberapa waktu lalu membawa berkah dengan terangkatnya kain tenun Sukarara ke kancah nasional.
Tidak hanya dari aspek penjualan, harga tenun motif Jokowi pun terkatrol hingga Rp 3,5 juta selembar untuk ukuran dua meter. Kain ini biasa digunakan ketika berlangsung hajatan perkawinan.
Menurut Satriadi, para tokoh masyarakat memiliki peran dalam mengatrol keberadaan kain tenun tradisional, apakah itu kepala daerah, kepala Negara maupun artis. Karena itu ia berharap peran serta para tokoh dalam mempromosikan kain tenun agar dikenal luas masyarakat dan berdampak bagi masyarakat khususnya penenun Sukarara.
Satiadi mengemukakan bahwa songket khas Sukarara merupakan kebanggaan warga itu sejak berabad-abad lampau. Keberadaannya dimulai dari motif subahnale tahun 1775. Dikenalnya Sukarara dengan pesona kain tenunnya diawali dari kehadiran pejabat Kedubes Amerika di Sukarara tahun 1975 ketika rumah-rumah penduduk masih berupa bedeg.
Sejak itulah Sukarara terangkat ke permukaan menyusul terjadinya perbaikan rumah penduduk sehingga melahirkan motif-motif kain yang beragam jumlahnya. “Namun jiwa dari seluruh motif kain tenun itu adalah subahnale,” katanya.
Menurutnya, kain tenun cukup mengangkat perekonomian masyarakat setempat. Hal ini juga didukung kebijakan pemerintah yang menerapkan penggunaan pakaian adat pada hari-hari tertentu di lingkungan PNS. ian