Teknologi bukan hanya milik orang kota, mayarakat akademis atau milik orang bermodal, dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta digitalisasi ide gagasan, inovasi bisa datang dari mana saja termasuk dari desa terpencil salah satunya di Dusun Sundil, Montong Terep, Kecamatan Pringgarata, Kabupaten Lombok Tengah.
Upaya pemecahan masalah sosial di desa muncul dari pemikiran anak muda kreatif, Ahmad Sultoni, ST, yang belum tersentuh program pemerintah dengan penawaran gagasan memanfaatkan batok kelapa menjadi briket sebagai energi alternatif terbarukan. Hal ini didukung adanya areal perkebunan kelapa di Kabupaten Lombok Tengah seluas 10.810 Ha dan produksi buah kelapa yang dihasilkan pada tahun 2018 sebanyak 18.777,58 ton. Artinya, produksi arang briket dapat dilakukan dengan berkelanjutan karena bahan bakunya cukup tersedia.
Adanya program hibah pengabdian yang ditawarkan oleh Kemendikbudristekdiktik RI, disambut penuh suka cita oleh dosen STP Mataram yang ditandai dengan membentuk tim dalam menyusun proposal pengabdian. Berdasarkan seleksi yang dilakukan oleh simlitabmas selaku penyelenggara, menurut informasi — dari 16.000 proposal yang diseleksi untuk beberapa skema yang ditawarkan –, hanya 1.000 proposal yang diterima.
Salah proposal dan satu-satunya proposal yang didanai untuk kegiatan pengabdian di STP Mataram adalah proposal yang disusun oleh tim dosen STP Mataram yang diketuai oleh Dr. Syech Idrus, M.Si, beranggotakan terdiri atas: Dr. I Putu Gede, M.Par; dan Dra. Si Luh Putu Damayanty, M. Pd. Serta melibatkan 2 orang mahasiswa STP Mataram, yaitu Fariz Ramadhan; dan Firman Bramandhyta Mulyawan. Proposal yang didanai oleh Kemendikbudristekdikti berjudul “PKM PEMBERDAYAAN KELOMPOK SUNDIL SEJAHTERA UNTUK MENINGKATKANPRODUKSI DAN PEMASARAN BRIKET ARANG BATOK KELAPA DESA MONTONG TEREP KABUPATEN LOMBOK TENGAH”.
Tim pelaksana pengabdian dosen STP Mataram ingin menyemangati perjuangan kelompok anak muda kreatif dari Dusun Sundil yang sangat prospektif dengan mengajak kelomppk tersebut menjadi mitra guna dapat meningkatkan kualitas produksinya. Provinsi Nusa Tenggara Barat bahkan di Lombok, nampaknya belum ada produksi briket dari arang batok kelapa.
Melalui upaya identifikasi ditemukan beberapa permasalahan yang perlu dipecahkan dan dicarikan solusi dengan terlebih dahulu menjalin kerjasama, membangun chemistry dan kepercayaan masing-masing pihak dengan kesepakatan kerjasama untuk mengangangkat potensi ekonomi kreatif desa dalam ranah yang lebih luas melalui peningkatan produksi dan pemasasaran serta manjemen tata kelola pada kelompok usaha “Sundil Sejahtera” dusun Sundil Desa Montong Terep, dan produksi briket yang dihasilkan diberi lebel “Arang Briket Sultan Sundil”.
STP Mataram sebagai Lembaga Pendidikan yang bergerak pada bidang Pariwisata melihat ini sebagi suatu peluang, maka merasa terpanggil dan tertantang bagaimana mampu membedayakan sumber daya manusia yang ada menjadi lebih kreatif dan inovatif. Terlebih lagi arang briket ini merupakan energi terbarukan, dapat mendukung pemanfaatan energi ramah lingkungan yang dapat digunakan sebagai
bahan bakar alternatif untuk mengolah produk kuliner lokal. Banyak menu lokal yang memiliki potensi untuk diangkat sebagai sajian yang berkualitas kepada tamu mancanegara maupun lokal seperti sate, BBQ, pembuatan serabi, dan lain-lain. Dari sisi pemberdayaan masyarakat atau kelompok pemuda ini bukan hanya menghasilkan produk Briket, lebih jauh dari itu kegiatan ini dapat memfasilitasi kreativitas dalam memproduksi mesin untuk menghasilkan briket pada kelompok pemuda desa ditempat lain, serta alat pendukung lainnya seperti tungku atau kompor sehingga Desa Sundil tidak hanya dikenal sebagai penghasil Briket Arang Batok Kelapa saja melainkan dikenal juga sebagai penghasil mesin dan alat pendukung lainnya.
Tahun 2022 merupakan tonggak kebangkitan Dusun Sundil sebagai dusun produktif dan inovatif dari sisi energi terbarukan, dan sebagai penghasil mesin khususnya terkait dengan arang briket batok kelapa yang mampu menjadi penggerak pemberdayaan masyarakat Dusun Sundil menjadi masyarakat yang secara ekonomi meningkat, terlebih pemberdayaan pada bahan yang dianggap tidak bermanfaat menjadi bermanfaat bagi kemaslahatan.
Adapun kegiatan yang dilaksanakan dalam program pengabdian kepada masyarakat melihat adanya beberapa permasalahan yaitu masih rendahnya kapasitas dan kualitas produksi briket, tidak ada merk pada produk briket, kemasan produksi belum rapi. Permasalahan kedua terkait dengan pemasaran, jangkauan pemasaran sangat terbatas, pemasaran belum menggunakan media sosial. Dan permasalahan ketiga yaitu keuangan, sumber pembiayaan produksi briket masih patungan, pengelolaan keuangan belum tertib dan transparan. Berdasarkan beberapa permasalahan diatas, terdapat beberapa solusi yang ditawarkan: Pertama, peningkatan efektivitas, kualitas, efisiensi kerja dan kapasitas produksi dengan pengadaan mesin; peningkatan pengetahuan dan keterampilan tentang penjaminan mutu (quality control), dan K3 (Kesehatan Kesalamatan Kerja). Melakukan pelatihan cara membuat desain pada produk dan membuat kemasan (packaging) selain menarik dan rapi juga untuk menghidari kerusakan produk briket. Kedua, melakukan pemasaran produk secara luas melalui media sosial, seperti: Instagram, Facebook, Twiter, Whatsapp dan lain-lain. Ketiga, melakukan pelatihan dan pendampingan manajemen keuangan sederhana untuk UKM.