Praya, Literasi-Bisnis Berugak pasca pandemi covid 19 mulai menanjak. Berugak asal Desa Bujak, Kecamatan Batukliang, Kabupaten Lombok Tengah, kini pasarannya tembus ke luar negeri. Tidak ketinggalan rumah bambu pun banyak diminati konsumen lokal.
Pengusaha berugak, Herman, mengemukakan berugak berbahan bambu petung, bambu galah dan bambu tali itu sudah tembus pasaran Dubai dan Australia. Beberapa waktu lalu pihaknya mengirim satu paket berugak knockdown tersebut ke Dubai melalui kontainer.
Menurut Herman, konsumen asal Dubai datang langsung ke lokasinya untuk melihat dari dekat kondisi bahan baku seperti ketebalan bambu, daya tahan dan pengawetan kemudian memesan berugak itu. Selain ke luar negeri, pasaran berugak Desa Bujak juga merambah lokal dan regional.
Herman merupakan salah seorang warga Bujak yang mulai menekuni bisnis berugak. Sebelumnya dia.merupakan loper koran. Setelah menggeluti bisnis ini rezekinya kian lancar. Untung bersih diperolehnya sebesar Rp 6 juta sebulan.
Selain pemasaran ke luar negeri, konsumen juga berdatangan dari NTT, Bima dan Sumbawa. Pemesanan tidak hanya satu dua unit berugak dan rumah bambu melainkan bisa mencapai puluhan yang dipajang di obyek wisata. Kerjasama dengan pemilik kapling tanah membuat bisnis ini berjalan lancar.
“Berugak atau sejenisnya seperti meja dan kursi beratap payung biasanya dipajang di obyek wisata atau rumah dengan halaman luas,” ujarnya. “Sehari satu dua berugak bisa laku terjual,” ujarnya.
Pengusaha lain, Rosi, mengaku menekuni bisnis berugak karena peluangnya yang besar. Karena itu ia berani mengontrak areal piggir jalan di desa itu sebesar Rp 3,5 jut setahun. Walau tidak sepesat perkembangan usaha milik Herman, Rosi mengaku sedang berusaha agar bisnisnya lancar.
Harga berugak sekepat atau berkaki empat mencapai Rp 2 juta, sedangkan selime atau berkaki lima dan sekenem Rp 3 juta. Khusus untuk rumah panggung atau berugak dengan bilik bisa mencapai puluhan juta.
Lancarnya usaha berugak membuat pengusaha bangunan tradisional ini merebak. Jika semula hanya ditekuni satu dua orang kini sudah merambah hingga puluhan orang yang menyewa tanah di sepanjang jalan Desa Bujak yang sering dilintasi kendaraan.
“Sementara ini tidak kesulitan bahan baku seperti bambu. Bahan baku ini dibeli di desa sekitarnya seperti Sedau, Selebung, Tete Batu, Aik Bukaq, dan lain-lain,” ujarnya.
Menurut Rosi, untuk memiliki berugak dengan daya tahan lama dilakukan perendaman dengan bahan tertentu sehingga tahan dari rayap. Jika hal itu dilakukan pembeli harus menambah pengeluaran sebesar Rp 700 ribu.ian