Mataram, Literasi-Tradisi Lebaran Topat di Kota Mataram dan Lombok Barat menghidupkan ekonomi rumah tangga. Setidaknya, hal itu nampak dari semaraknya pedagang kaki lima menggelar dagangan yang dibutuhkan masyarakat itu.
Beberapa penganan yang dijual meluputi topat, lontong, bantal, berbagai jenis lauk dan sayuran pendukungnya. Hal itu nampak di Kelurahan Punia maupun Dasan Agung Kota Mataram.
Semaraknya penjualan topat muncul sejak Idul Fitri 1 Syawal 1443 Hijriyah hingga Lebaran Topat. Setiap pedagang mengelar dagangannya di areal terbuka. Sebutlah di sepanjang jalan Abdul Kadir Munsy dan Erlangga.. Jejeran pedagang dilengkapi payung warna warni.
Kekhasan Lebaran Topat diwarnai dengan sajian makanan dalam nampan yang dibawa ke masjid terutama di Lobar dan Kota Mataram. Bahkan di Lobar dirayakan secara khusus Pemda setempat. Hal ini membuat perayaan Lebaran Topat semakin meriah.
“Biasanya Lebaran Topat diperuntukkan bagi mereka yang berpuasa enam hari dibulan Syawal setelah Idul Fitri. Namun, kini seluruh warga merayakannya dengan Topat sebagai pengaman khasnya,” kata Uki, salah seorang warga.
Sebelumnya, tradisi Lebaran Topat di sejumlah daerah sempat terhenti karena adanya pembatasan sosial akibat pandemi Covid-19. Setelah ada pelonggaran, perayaannya menjadi semarak.
Kepala Dinas Pariwisata Lombok Barat H. M. Fajar Taufik, mengatakan, saat ini pemerintah tidak menutup tempat wisata sehingga masyarakat bisa berlebaran topat. “Termasuk di destinasi-destinasi wisata baru seperti desa wisata dan destinasi wisata buatan lainnya,” katanya dalam akun facebook Dinas Pariwisata Lombok Barat.
Setelah perayaan melalui doa di masjid, warga beramai-ramai mendatangi obyek wisata seperti pantai dan pegunungan. Sebutlah di kawasan wisata Sekotong, Senggigi dan lain-lain. Ruahan pengunjung pun menjadi berkah bagi para pedagang dalam meningkatkan ekonomi keluarganya. ian