Senin , Januari 20 2025

Tradisi Ngejot di Desa Lenek Difestivalkan H-1 Idul Fitri

Kades Lenek bersama tokoh masyarakat setempat.

SELONG, Literasi-Desa Lenek, Kecamatan Lenek, Kabupaten Lombok Timur menggelar Festrival Ngejot pada H-1 Idul Fitri. “Untuk Festival Ngejot dilaksanakan sore hari H-1  dan pawai obor disertai takbiran pada malam hari (ba’da Isya),” kata Kades Lenek, Suardi, S.Ag., Senin (25/04/2022)./

Kata dia, pihaknya telah melakukan musyawarah  dan memutuskan beberapa acara yang sangat mengusung kearifan kokal masyarakat. Acara tersebut rencana dihadiri Gubernur NTB (sekaligus membuka acara), Bupati Lotim, Kadir Pariwisata (Provinsi dan Kabupatren), Kadis Dikbud (Provinsi dan Kabupaten) dan Undangan lainnya.

Suardi menjelaskan, Budaya Ngejot merupakan tradisi yang bernilai ukhuwah islamiah, silaturrahmi, saling peduli dan semangat berbagi. Kata dia, simbul budaya ngejot itu adalah dulang yang dibawa oleh ribuan ibu rumah tangga. Menurutnya Ngejot memiliki makna filosofi kehidupan yang memuat Beduoang, Bejangjo; dan Betanjak. 

“Acara dipusatkan di Lapangan Sepak Bola Lenek, melibatkan tokoh adat, tokoh agama,, dan unsur pemerintah dari 2 desa yaitu Desa Lenek dan Desa Lenek.Pesiraman,” terang Suardi, sembari menambahkan bahwa jumlah dulang sebagai simbol  ngejot terus hertambah tiap tahunnya. “Jumlah  Dulang dengan sajian berupa nasi dan lauk pauk, jajanan, sayuran buah untuk tahun 1443 H ini diperkiraan lebih dari 1500 atau bisa jadi 2000 Dulang,” imbuhnya.

Ngejot merupakan tradisi turun temurun masyarakat Lenek sejak ratusan tahun silam. Acara  ini bertujuan mempererat tali silaturahmi (bejango) antara keluarga, dimana saudara yang lebih kecil akan mengunjungi (Ngejot) keluarga yang lebih tua.

Tokoh masyarakat Lotim, Taharudin, dalam akun facebooknya mencontohkan misalnya adik mengunjungi kakak, ibu mengunjungi nenek dsan seterusnya dengan membawa makanan khas lebaran. Makanan khas inia wujud saling kangen/sayangi yang bisa dinikmati bersama seperti ketupat, ayam kelak bagek, pelalah, sate pusut, sesaur, teri, tamban,kacang goreng, jaja tujak, poteng, tempeyek, pisang rendang, dan buah-buahan

Makanan itu disusun dalam wadah nampan (sadur) dan ditutup dengan tembolak (penutup yang terbuat dari daun lontar) warna merah. Hal ini dilaksanakan sebagai wujud penghormatan atau ungkapan rasa saling mencintai antara keluarga walaupun sudah tidak satu atap, termasuk kepada kerabat (sahabat) dekat, atau masyarakat dengan tokoh agama, Adat, dan pemimpinnya.

“Inilah wujud saling mencintai antara sesama dengan cara berbagi dihari yang fitri,” ujarnya. Kus, ian

Check Also

Menteri Kebudayaan Resmikan Kotaku Museumku

Menteri Kebudayaan RI, Fadli Zon L, memaparkan pentingnya menjaga, merawat dan melestarikan kebudayaan yang ada …

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *