
Loteng,Literasi- Desa Bonjeruk memiliki potensi besar sebagai daya tarik yang bisa mendatangkan pendapatan bagi desa. KKNT Mahasiswa STP Mataram di desa budaya di Kabupaten Lombok Tengah itu mampu mengangkat aset tenun sebagai industri kreatif.
Pada Monev KKNT Desa Bonjeruk, Sabtu (18/12), Kadus Bonjeruk, H.Lalu Misbullah, mengemukakan mahasiswa STP Mataram telah membangunkan masyarakat soal tenun di Bonjeruk yang selama ini hidup segan mati tak mau akibat adanya mata rentai yang hilang.
“Dengan kehadiran mahasiswa kami lanjut dalam kerajinan tenun,” kata.Misbullah yang hadir mewakili Kades Bonjeruk
Ketua Kelompok KKNT Desa Bonjeruk, Lidia Devega, mengemukakan potensi tersebut digarap dalam program yang sudah berjalan. Diantaranya mendirikan sanggar tenun bernama Pusaka Desa Bonjeruk. Sementara ini jumlah pengrajin yang terdeteksi di 14 dusun mencapai 63 orang baik yang aktif maupun tidak aktif. Namun yang dibina adalah yang aktif membuat tenun setiap hari.
Mahasiswa juga mendata motif kain yang biasa diproduksi, jenis benang, dan lain-lain. Bahan tenun yang digunakan selama ini adalah benang mesin disebabkan proses pembuatan benang tradisional menelan waktu lama.
Pendataan itu terkait pula dengan filosofis sejarah masing-masing motif. Di lingkungan penenun Binjeruk sendiri terdapat 30 jenis motif seperti Kembang Komak, Ragi Genep dan Puk Kemalu. Menyikapi perkembangan pasar, dilakukan juga pembuatan logo kain tenun serta pembuatan buklet desa wisata. Selain program itu, mahasiswa juga melakukan penanaman 500 bibit pohon pada 25 Desember 2021.
Ketua Pokdarwis setempat, Usman, mengatakan Bonjeruk sudah menjadi desa wisata tahun 2017. Mendukung program itu, sudah dilakukan upaya membangun citra Bonjeruk melalui berbagai kegiatan walau kemudian terhadang pandemi.
“Kita ingin NTB tahu Bonjeruk ada sehingga pada tahun 2019 dlakukan Bonjeruk Fun Bike. Namun tahun 2020 semua berubah ketika covid datang. Tidak ada wisatawan nusantara dan asing yang datang sehingga sekarang ingin bertahan dahulu,” katanya.
Pada tahun 2021pihaknya fokus menyejahterakan rakyat lewat Kantin 21 dan Pasar Bonjeruk. Sedangkan tahun 2022 harus sudah mulai berkolaborasi dengan berbagai stakeholder agar program semakin jelas.
“Kedatangan mahasiswa KKN membangkitkan semangat kami. Ini akan jadi titik fokus dalam mendorong ekonomi masyarakat terkait dengan kriya,’ katanya.
Usman menambahkan sekira 90 persen penenun Bonjeruk merupakan lansia sehingga khawatir tidak ada yang melanjutkan produk kearifan lokal tersebut. Karenanya ia meminta STP mendukung ide kreatif membangkitkan semangat anak muda untuk melanjutkan warisan budaya ini dimasa datang.
Ketua Tim Monev, Dr.Halus Mandala, mengemukakan ujung dari desa wisata adalah peningkatan kesejahteraan masyarakat yang dilakukan dari, oleh dan untuk masyarakat desa. Segala aktivitas di desa maka masyarakat desa inilah yang akan menikmati hasilnya.
Terkait kehadiran mahasiswa hanya untuk menjadi inovator dan motivator penggerah. Setelah mahasiswa kembali ia berharap ada warisan yang bisa diteruskan masyarakat desa. Dan, hal itu adalah kerajinan tenun yang lama mati suri.
Menurut Ketua STP Mataram ini, sebagai desa budaya, Bonjeruk memiliki produk budaya yang diharapkan mudah diakses semua orang. Sehingga diperlukan ide kreatif semua komponen di desa. Hal ini bisa berdampak tidak hanya dari income penjualan tenun melankan juga dari penginapan. Halus berharaop ada showroom seperti Pasar Sukawati di Gianyar Bali secara jangka panjang yang bisa membuat dea itu hidup dengan nilai-nilai budayanya. ian