Loteng, Literasi-Sebanyak 13 dusun di Desa Aik Bukak, Kecamatan Batukliang Utara, Kabupaten Lombok Tengah, seluruhnya memiliki potensi pariwisata. Persoalannya, dengan potensi besar terutama mata air yang memberi nuansa kesejukan dan keindahan, mengapa koneksi desa wisata tersebut relatif lambat walau sudah dikenal sejak tahun 1970 an
Tim KKNT STP Mataram selama sebulan lebih melakukan pemetaan potensi wisata Desa Aik Bukak. Di hadapan Tim Monev yang diketuai Dr.Halus Mandala, Kamis (16/12), mengemuka beberapa persoalan dibalik potensi itu, diantaranya menyangkut program perencanaan pengembangan pariwisata.
Ketua Kelompok KKNT Desa Aik Bukak, Dahlan, memaparkan Desa Aik Bukak sudah dikenal luas namun belum memiliki perencanaan pariwisata. Sebutlah dalam mengelola potensi wisata alam. Sementara ini, apa yang tersaji cenderung berjalan alamiah. Area yang terdiri dari sawah dan bendungan, hutan, dan petak-petak empang, merupakan magnet bagi wisatawan lokal maupun mancanegara.
Mengetahui berbagai potensi itu, Tim KKNT menjalankan beberapa program penunjang seperti pelatihan bahasa Inggris, seni tari. pelatihan kerajinan tangan, sosialisasi CHSE, dan peran masyarakat lokal dalam pengembangan pariwisata Aik Bukak.
Ketua Pokdarwis Pesona Aik Bukak, H. Sahyun, mengakui “kebuntuan” pengembangan pariwisata di desanya. Ia menyebut salah satu lokasi di hutan lindung Aik Bone dengan mata air di Petikus Daya hingga kini belum terkelola. Hal itu tidak lepas dari Pokdarwis yang masih mati suri.
Salah satu persoalan yakni dirinya yang selain menjabat sebagai ketua Pokdarwis juga sebagai ketua BUMDes Aik Bukak. “Saya sebetulnya tidak ingin menjabat di keduanya, tetapi saya terus dipilih,” ujar Sahyan seraya menambahkan ingin menjabat di salah satu saja dan siap meninggalkan salah satunya.
Disamping masalah pada kelembagaan, pemahaman pariwisata masyarakat berbeda. Ada asumsi sektor pariwisata sebagai salah satu pemicu bencana. Asumsi itu bermula ketika Aik Bone hendak dibuka untuk pariwisata, namun selang berapa lama kemudian datang gempa tahun 2018. “Dan itu yang dikatakan masyarakat menimbulkan bencana. Akhirnya tutup Aik Bone,” cetusnya.
Menurut Sahyan, kehadiran mahasiswa KKNT membuat mata masyarakat terbuka tentang kepariwisataan. Karang Taruna desa setempat melalui Iwan selaku bendahara mengatakan perlu konsep agar potensi pariwisata terkelola dengan rapi. “Ada 4 hektar tanah hutan lindung dengan hamparan sawah yang indah,” ujarnya.
Halus Mandala dalam kesempatan itu memaparkan konsep desa wisata itu dari, oleh dan untuk masyarakat sehingga keberadaannya bagi kesejahteraan masyarakat itu sendiri. NTB yang dikenal dengan wisata halalnya juga telah mengembangkan konsep kepariwisataan yang bisa diterima masyarakat.
“Kami memiliki doktor-doktor pariwisata yang siap diajak berdiskusi masalah kepariwisataan,” kata Halus Mandala. ian