Lobar, Literasi-Desa Sesaot, Kecamatan Narmada, Kabupaten Lombok Barat, menerima kiriman mahasiswa KKN Tematik Sekolah Tinggi Pariwisata (STP) Mataram, sejak lebih sebulan lalu. Bagaimana tanggapan kepala desa (Kades) Sesaot?
Ternyata Kades yang lebih senang menyebut dirinya Budes (Bunda Desa) itu tidak menolak. Malah, dia sangat senang.
Hal itu bermula ketika Ketua Tim Monev STP Mataram, Dr.Halus Mandala, M.Hum, mengunjungi mahasiswa KKN, Kamis (16/12), mempertanyakan apakah mahasiswa KKNT memberi kontribusi bagi Sesaot? Apakah kehadiran mereka bisa diharapkan lagi untuk masa-masa yang akan datang ataukah tidak?
Budes Sesaot, Yuni Hariseni, dengan retoris memaparkan Sesaot merupakan pilot project daerah. Beberapa penghargaan berhasil diraih dan menerima dampak yang luar biasa. Namun, dibalik itu ia mengakui masih banyak yang perlu dibenahi.
Kehadiran mahasiswa KKNT STP Mataram, kata dia, sangat berarti. Beberapa program dijalankan, bahkan pihaknya sempat meminta dibuatkan penunjuk arah. Tidak sedikit kreativitas berupa kata-kata mutiara yang ditebar mahasiswa dengan memanfaatkan kayu yang tak terpakai dan di sana mereka bisa menulis indah.
“Mereka pun turun ke dusun dusun lihat UMKM. Banyak hal yang kami peroleh yaitu (mahasiswa) tak pernah mengeluh. Kalau ditanya, apakah masih membutuhkan? Sangat! Karena untuk meneruskan bertahan jadi juara sulit. Jadi kami ingin terus STP, bila perlu sampai pada desa mandiri,” urainya mengapresiasi STP sehingga mendukung dan siap berkomunikasi pendampingan agar bisa berkreasi lebih banyak dimasa datang.
Yuni mengakui banyak kendala dalam mengembangkan sektor pariwisata. Namun, karena itulah dia bekerja keras sehingga Sesaot meraih berbagai penghargaan.
“Dalam situasi pandemi dan hujan dari pagi sampai pagi, mahasiswa tak putus tanggung jawab,” ujarnya. Hal itu juga bertepatan dengan kedatangan Menteri Sandiaga Uno beberapa waktu lalu dimana kiprah mahasiswa cukup besar ditengah kehadiran pejabat negara.
Sebelumnya, Ketua Kelompok KKNT Desa Sesaot, Andi Prasetyo, memaparkan evaluasi program KKNT mahasiswa STP Mataram dengan melakukan pemetaan potensi wisata, penguatan kelembagaan dan beberapa program tambahan.
“Enam dusun di Desa Sesaot yang memiliki potensi wisata,” katanya. Di sinilah dibutukan peran kelembagaan seperti Pokdarwis sebagai leading sector wisata Sesaot sehingga dilakukan program penguatan kapasitas.
Desa Sesaot sempat menerima piagam penghargaan sertifikasi Desa Wisata Berkelanjutan 2020 dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Sesaot pun memeroleh predikat peringkat empat CHSE dan 40 besar desa wisata terbaik. Terbaru juara I Kampung Sehat.
Predikat tersebut seolah menjawab persoalan yang dialami selama pandemi.
Kata Yuni, sebelum pandemi pendapatan yang bisa diperoleh mencapai Rp 50 juta hingga Rp 60 juta sebulan, setelah pandemi pendapatan turun drstis hingga titik nadir.
“Kini pendapatan Rp 15 juta hingga Rp 20 juta sebulan,” ujarnya seraya menegaskan bahwa perlahan pulihnya situasi tidak lepas dari rasa nyaman pengunjung karena predikat juara sebelumnya. ian