Sabtu , Desember 7 2024

Cara Desa Wanasaba Lauk Merawat Adat Istiadat

Prosesi Sorong Serah suku Sasak di Lombok

SELONG, Literasi- Desa Wanasaba Lauk, Kecamatan Wanasaba, Lombok Timur (Lotim) kaya dengan potensi  kerajinan tangan, seni budaya dan adat istisdat. Namun yang menjadi prioritas adalah mengangkat kembali prosesi adat  istiadat yang kini mulai tergeser.

Pemdes Wanasaba Lauk tengah menyeriusi  program peduli adat istiadat Sasak melalui pelatihan-pelatihan yang menyasar  warga masyarakat di sebelas dusun yang ada. Prosesi adat itu difokuskan pada pelaksanaan adat merarik dalam suku Sasak.

Kegiatan tersebut merupakan hasil musyawarah lewat Lembaga Adat Desa “Krama Luhur” Wanasaba Lauk. Dimulai dari Kadus/Kawil  dan perwakilan dari pemuda, diharapkan masyarakat di semua dusun mendapat pencerahan terkait prosesi adat tersebut.

“Sehingga nantinya setiap kegiatan adat istiadat dapat dilaksanakan dengan semestinya  sebagaimana tercatat dalam Tata Krama Adat Sasak. Kita fokus dengan prosesi pelaksanaan setiap bagian dari rentetan prosesi adat  merariq.  Yang sangat penting seperti Sejati, Selabar dan Sorong-Serah,” kata Lalu Hardiansah, Kades  Wanasaba Lauk, Senin (25/10/2021).

Lalu Hardiansah menjelaskan, setiap ada warga masyarakak yang mau nikah (merarik : Sasak) mesti dilaporkan oleh pemimpin dusun setempat dalam bentuk Sejati, Selabar hingga Sorong Serah. Kata dia, Sejati merupakan laporan kepada pemerintah antar pemerintah. Sedangkan Selabar merupakan laporan ke tingkat Kadus untuk selanjutnya di tingkat keluarga.

“Setelah itu baru ke prosesi Sorong-Serah yang dalam praktiknya ada yang disebut Aji Krama 66 dan Aji Krama 33. Aji Krama 66  sebagai gambaran nilai status sosial dari kalangan bangsawan. Sedangkan Aji Krama 33 gambaran status sosial dari kalangan masyarakat biasa,” terang Lalu Hardiansah.

Sementara itu, Lalu Yusrawardi, Sekretaris Lembaga Adat Krama Luhur Wanasaba Lauk mengemukakan pelatihan tersebut dilakukan  secara terjadwal dengan mengambil tempat berdasarkan hasil musyawarah. Beberapa pelatihan mulai secara intensif dilakukan berupa : Prosesi Sejati, Selabar dan Sorong Serah. Selain itu juga ada seni Gendang Beleq dan Wayang Kulit.

Desa Wanasa Lauk memiliki komitmen dalam menjaga dan merawat  adat istiadat dengan menjunjung tinggi sikap dan prilaku harmoni dalam masyarakat. Menurut Lalu Hipni  Solahuddin, salah seorang pembayun Desa Wanasaba Lauk adat Istiadat suku Sasak selalu seiring dengan ajaran Islam.

“Ketika ada  yang bertentangan dengan nilai-nilai religi  kita saring dan jika tidak selaras serta  bertentangan dengan agama yang kita anut  harus dan menjadi suatu keniscayaan untuk dibuang,”  tegas Lalu Hipni Solahuddin.

Lalu Hipni Solahuddin memaparkan semboyan atau kata  hikmah (petatah petitih : Sasak) sebagai  kata terakhkir/peringatan bagi warga masyarakat yang melenceng dari nilai kepatutan. Kata dia, orang Sasak pantang terlibat mengurus pribadi seseorang.

 “Akan tetapi kalau sudah melampaui batas nilai  nilai adab adat istiadat, kalau mental (tidak  peduli) juga setelah dinasehati maka berlaku Ai Ngaken Sebie ie Ladan,” katanya dalam bahasa Wanasaba  dialeg Geto Gete. Ai Ngaken Sebie ie Lada’n kalau di Indonesiakan menjadi “Siapa yang makan cabe dia yang kepanasan”.

“Menjaga dan merawat Kearifan Lokal menjadi suatu keniscayaan, sekarang juga. Kita tak ingin masuk dalam lingkaran Ai Ngaken Sebie ie Ladan,” tutup Lalu Hipni Solahuddin kepada awak media ini ((Kus).

Check Also

Festival Rinjani 2024 Bertajuk Lingkungan dan Kedaulatan Pangan

Festival Rinjani kembali digelar di Desa Loloan, Kecamatan, Bayan, Kabupaten Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat. …

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *