SELONG, Literasi- Desa Wanasaba Lauk, Kecamatan Wanasaba, Lombok Timur (Lotim) kaya dengan potensi kerajinan tangan, seni budaya dan adat istisdat. Namun yang menjadi prioritas adalah mengangkat kembali prosesi adat istiadat yang kini mulai tergeser.
Pemdes Wanasaba Lauk tengah menyeriusi program peduli adat istiadat Sasak melalui pelatihan-pelatihan yang menyasar warga masyarakat di sebelas dusun yang ada. Prosesi adat itu difokuskan pada pelaksanaan adat merarik dalam suku Sasak.
Kegiatan tersebut merupakan hasil musyawarah lewat Lembaga Adat Desa “Krama Luhur” Wanasaba Lauk. Dimulai dari Kadus/Kawil dan perwakilan dari pemuda, diharapkan masyarakat di semua dusun mendapat pencerahan terkait prosesi adat tersebut.
“Sehingga nantinya setiap kegiatan adat istiadat dapat dilaksanakan dengan semestinya sebagaimana tercatat dalam Tata Krama Adat Sasak. Kita fokus dengan prosesi pelaksanaan setiap bagian dari rentetan prosesi adat merariq. Yang sangat penting seperti Sejati, Selabar dan Sorong-Serah,” kata Lalu Hardiansah, Kades Wanasaba Lauk, Senin (25/10/2021).
Lalu Hardiansah menjelaskan, setiap ada warga masyarakak yang mau nikah (merarik : Sasak) mesti dilaporkan oleh pemimpin dusun setempat dalam bentuk Sejati, Selabar hingga Sorong Serah. Kata dia, Sejati merupakan laporan kepada pemerintah antar pemerintah. Sedangkan Selabar merupakan laporan ke tingkat Kadus untuk selanjutnya di tingkat keluarga.
“Setelah itu baru ke prosesi Sorong-Serah yang dalam praktiknya ada yang disebut Aji Krama 66 dan Aji Krama 33. Aji Krama 66 sebagai gambaran nilai status sosial dari kalangan bangsawan. Sedangkan Aji Krama 33 gambaran status sosial dari kalangan masyarakat biasa,” terang Lalu Hardiansah.
Sementara itu, Lalu Yusrawardi, Sekretaris Lembaga Adat Krama Luhur Wanasaba Lauk mengemukakan pelatihan tersebut dilakukan secara terjadwal dengan mengambil tempat berdasarkan hasil musyawarah. Beberapa pelatihan mulai secara intensif dilakukan berupa : Prosesi Sejati, Selabar dan Sorong Serah. Selain itu juga ada seni Gendang Beleq dan Wayang Kulit.
Desa Wanasa Lauk memiliki komitmen dalam menjaga dan merawat adat istiadat dengan menjunjung tinggi sikap dan prilaku harmoni dalam masyarakat. Menurut Lalu Hipni Solahuddin, salah seorang pembayun Desa Wanasaba Lauk adat Istiadat suku Sasak selalu seiring dengan ajaran Islam.
“Ketika ada yang bertentangan dengan nilai-nilai religi kita saring dan jika tidak selaras serta bertentangan dengan agama yang kita anut harus dan menjadi suatu keniscayaan untuk dibuang,” tegas Lalu Hipni Solahuddin.
Lalu Hipni Solahuddin memaparkan semboyan atau kata hikmah (petatah petitih : Sasak) sebagai kata terakhkir/peringatan bagi warga masyarakat yang melenceng dari nilai kepatutan. Kata dia, orang Sasak pantang terlibat mengurus pribadi seseorang.
“Akan tetapi kalau sudah melampaui batas nilai nilai adab adat istiadat, kalau mental (tidak peduli) juga setelah dinasehati maka berlaku Ai Ngaken Sebie ie Ladan,” katanya dalam bahasa Wanasaba dialeg Geto Gete. Ai Ngaken Sebie ie Lada’n kalau di Indonesiakan menjadi “Siapa yang makan cabe dia yang kepanasan”.
“Menjaga dan merawat Kearifan Lokal menjadi suatu keniscayaan, sekarang juga. Kita tak ingin masuk dalam lingkaran Ai Ngaken Sebie ie Ladan,” tutup Lalu Hipni Solahuddin kepada awak media ini ((Kus).