FOTO. Kepala Desa Sedau, Amir Syarifudin bersama Ketua BUMDes Karya Mandiri Sedau, Usman Jayadi menunjukkan panorama alam bendungan yang merupakan bekas galian pasir yang kini menjadi destinasi favorit di wilayah Lombok Barat. (FOTO. RUL)
LOBAR, Literasi – Siapa sangka bekas galian pasir di Gunung Jae, Desa Sedau, Kabupaten Lombok Barat berubah menjadi tempat wisata memesona.
Adalah warga desa Gunung Jae yang mulai sadar dengan mengubah lokasi galian daratan berlubang menjadi tempat memancing ikan yang indah. Akibatnya, wilayah yang terkenal dengan penambangan pasir itu.
Kini, kolong bekas tambang pasir seluas 10 hektare tersebut, kini menjadi objek wisata alam yang memikat dan memesona bagi siapapun yang berkunjung ke wilayah tersebut.
Terlebih, kubangan hasil galian yang kini berisi air yang jernih ditambah hamparan persawahan milik warga Gunung Jae, kini menjadi daya tarik tersendiri dan ciri khas salah satu distinasi yang kini sangat viral di media sosial (Medsos) tersebut.
Di mana, kawasan wisata alam yang lokasinya, tidak jauh dari Kota Mataram. Yakni, sekitar 25 kilometer ke arah timur itu. Terpantau, menjelma menjadi salah satu distinasi wisata yang menjadi favorit wisatawan manakala berkunjung ke Pulau Lombok.
“Rata-rata pengunjung antara 50-100 orang per harinya. Dan umumnya, berasal dari Kota Mataram, Lombok Timur dan Lombok Barat sendiri,” ujar Kepala Desa Sedau, Amir Syarifudin kepada wartawan, Jumat (30/7).
Menurut dia, jumlah kunjungan wisatawan yang paling ramai adalah pada dua hari. Yakni, Sabtu dan Minggu. Sebab, wisatawan umumnya banyak yang kemah dan penasaran dengan panorama alam Gunung Jae yang berdekatan dengan kawasan hutan di Kaki Gunung Rinjani di wilayah Lombok Barat.
“Biasanya, di Sabtu malam itu, wisatawan yang akan menginap, kami juga telah menyiapkan fasilitas tenda jika mereka tidak membawa peralatan. Alhamdulillah, banyaknya wisatawan yang berkemah di alam terbuka ini, sangat membantu menutup biaya operasional, sepinya pengunjung yang kini terimbas pandemi Covid-19,” jelas Amir.
Ia mendaku, strategi promosi pasar dengan mengenalkan paket wisata alam di Gunung Jae melalui media sosial Facebook dan Instagram, sangat membantu kedatangan pengunjung selama ini. Apalagi, lokasinya sangat nyaman dan hening dari keramaian.
Namun dekat dari akses jelan utama provinsi, yakni sekitar tiga kilometer dari tepi jalan raya jurusan Mataram – Lombok Tengah – Lombok Timur, sangat membantu promosi penjualan pada wisatawan selama ini.
“Tempat plesiran Gunung Jae ini beroperasi sejak Oktober 2020. Memang, namanya Gunung Jae, tapi nyatanya tak ada gunung bernama itu. Kecuali orang-orang tertentu akan bisa melihat gunung Jae itu,” tegas Amir.
“Jadi, sebutan Gunung Jae berdasarkan kisah zaman dulu bahwa kawasan itu dari kejauhan tampak gunung dan tanaman jahe. Tetapi setelah didekati ternyata tidak ada gunung dan tanaman jahenya,” sambung dia.
Amir mengungkapkan, keunikan wisata alam Gunung Jae juga terlihat di lokasi ini tidak ada wilayah pegunungan. Namun udaranya sangat dingin.
Sejauh ini, lanjut dia, ketinggian Gunung Jae hanya sekitar 25 – 30 meter di atas permukaan laut. Areanya seluas 10 hektare meliputi danau, bendungan dan panggung terbuka untuk pentas budaya.
Area terbuka di sekitar bendungan seluas empat hektare berlatar belakang bukit di sana bisa dimanfaatkan untuk aktivitas mendayung mengarungi danau. Pengunjung juga bisa berkemah di camping ground sambil memesan paket treking bambu yang melintasi area persawahan.
Tak perlu khawatir juga soal makanan. Di Gunung Jae, tersedia lapak-lapak yang menyediakan makanan dan minuman sehingga para pengunjung tidak perlu repot membawa bekal dari rumah.
Bagi pengunjung yang hobi memancing, tersedia lokasi pemancingan beserta fasilitasnya. Bahkan ada paket sekolah alam untuk belajar cara menangkap belut menggunakan kodong dan bercocok tanam.
“Intinya, kami menjual permainan alam yang sudah mentradisi tidak punah begitu saja karena teknologi dewasa ini. Hal ini, agar memori anak-anak kita enggak lupa dengan tradisi permainan alam masa lalu. Tentunya, ingat permainan alam masa lalu, ingat Gunung Jae,” ungkap Amir.
Setiap pekan, kawasan wisata Gunung Jae selalu ramai didatangi pengunjung untuk berkemah. Bahkan ada juga pengunjung yang menghabiskan waktu berkemah hingga sepekan lamanya. Harga sewa kemah cukup murah, yaitu sekitar Rp 30 ribu hingga Rp 100 ribu.
Amir mengatakan pengembangan kawasan wisata Gunung Jae ini berawal dari pelatihan dan diskusi yang diadakan Dinas Pariwisata Lombok Barat beberapa waktu lalu. “Hingga tercetus ide untuk mengembangkan kawasan ini menjadi kawasan yang bukan hanya sekedar area perkemahan biasa. Namun memiliki nilai edukasi dan meningkatkan perekonomian warga sekitarnya,” tegasnya.
Terkait warga yang masih melakukan kegiatan menyedot pasir. Menurut Amir, pihaknya masih memberikan ruang namun lokasinya di relokasi ke sebelah Utara di sekitar kali.
“Sejak adanya kita buka distinasi ini, Alhamdulillah jumlah warga yang menggantungkan hidup dari tambang pasir sudah berkurang drastis. Paling ada sekarang enggak banyak, bisa di hitung dengan jari. Ini karena warga sudah banyak beralih profesi berjualan, menyewakan perahu dan menjadi penjaga pintu masuk loket. Sementara, warga yang berusia muda kita tampung dan berdayakan mereka di Pokdarwis dibawah koordinasi BUMDes Karya Mandiri Sedau yang kita tunjuk mengelola kawasan ini,” jelas Amir.
Sementara itu, Ketua BUMDes Karya Mandiri Sedau, Usman Jayadi membenarkan keberadaan wisata alam setempat telah merubah paradigma warga sekitar yang sebelumnya berprofesi menyedot pasir, kini telah menjadi penjaga dan pengelola distasi setempat.
“Alhamdulillah, ada sekitar 20 orang anak muda yang kita pekerjakan disini. Meraka adalah karyawan BUMDes dan juga anggota Pokdarwis yang setiap harinya stand by menjaga lokasi ini,” kata Usman.
Ia berharap dengan telah mulai banyaknya pengunjung di wilayah setempat. Intervensi dari Pemprov NTB melalui Dinas Pariwisata setempat bisa optimal diberikan.
Mengingat, bantuan yang ada baru sebatas alat kebersihan yang diberikan oleh Pemkab Lobar melalui Dinas Pariwisata setempat.
“Yang Dispar Provinsi belum sama sekali. Makanya, ami butuh perhatian dari provinsi, khususnya bagaimana teknik memasarkan distinasi desa ini menjadi lebih terkenal lagi. Tentunya, kami butuh pelatihan IT bagi para pemuda desa. Sebab, semua dana pengembangan desa wisata Gunung Jae ditopang oleh Dana Desa,” tandas Usman Jayadi. RUL.