MATARAM, Literasi-Desa Kebon Ayu memiliki potensi yang luar biasa, mulai dari potensi alamnya kemudian potensi di bidang ekraf, atraksi budaya sebagainya. Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Lombok Barat, Saepul Akhkam mengatakan, secara sosiologi, masyarakat Desa Kebon Ayu sudah terbentuk ekosistem ekonomi kreatif.
Karena itulah pada Jumat (23/7), aksi “Berwisata Sambil Bersih-Bersih Kawasan Wisata” digelar Dinas Pariwisata Kabupaten Lombok Barat (Lobar) di area Jembatan Gantung yang merupakan peninggalan sejarah masa kolonial Belanda. Lokasi ini sengaja dipilih karena ingin lebih mengenalkan Desa Kebon Ayu secara umum dan khususnya Jambatan Gantung sebagai daya tarik destinasi wisata di lobar.
Menurut Ahkam, desa ini sangat potensial dibidang fashion berupa tenun. Pun memilliki padepokan presean dan seni musik gambelan. Selain itu desa Kebon Ayu sudah memiliki event tahunan berupa Roah Gumi dan Maulidan yang dikemas secara unik.
“Di samping itu, kami berkeinginan menjadikan warisan sejarah Jambatan Gantung menjadi daya tarik sebagai sebuah destinasi wisata,” ungkap,” ungkap Akhkam dalam diskusi bersama masyarakat Desa Kebon Ayu usai aksi bersih-bersih.
Ia mengakui Desa Kebon Ayu belum termasuk dalam 57 Desa Wisata oleh Pemerintah Kabupaten Lombok Barat dan belum termasuk 3 Desa Wisata oleh Provinsi NTB. Namun Akhkam berjanji akan melakukan pembaharuan atau konsolidasi ulang desa wisata.
“Kita berharap desa wisata di Lombok Barat terbentuk sebanyak 119 desa seesuai potensi alamiah dan cultural yang dimiliki. Tentu ini dengan inisiatif-inisiatif sendiri dari desa,” harapnya.
Sementara itu Kepala Desa Kebon Ayu, Jumarsa, menjelaskan Jembatan Gantung di Kebon Ayu sudah ada sejak tahun 1932. Jembatan yang terbuat dari besi ini memiliki panjang 116 meter dan lebar 4 meter. Jembatan ini menjadi penghubung wilayah-wilayah terpencil antara Nyiur Lembang yang masuk kawasan Kecamatan Lembar dengan Desa Kebon Ayu dan Dusun Kebon Jurang Desa Mesanggok yang masuk Kawasan Kecamatan Gerung.
Jambatan ini juga didesain sebagai penyalur air menuju irigasi pertanian masyarakat.
“Selain potensi budaya dan tenun ikat, Desa Kebon Ayu juga memiliki potensi alam khususnya pertanian. Insya Allah kedepan akan kita kembangkan menjadi agrowisata tani. Mudah-mudahan di bulan Agustus ini kita akan mulai dengan konsep green house golden melon dengan metode hidroponik,” terang Jumarsa.
Melihat potensi Sungai Dodokan yang cukup luas, kata Jumarsa, pihaknya kini tengah mengembangkan wahana air dengan menyediakan beberapa “perahu bebek” dengan tarif Rp. 10.000 per jam. “Ini menjadi daya tarik tersendiri minimal untuk wisatawan lokal. Apalagi di atasnya ada jembatan bersejarah,” katanya.hm