SELONG, Literasi-Toya dalam bahasa daerah suku bangsa Sasak di Lombok berarti di sana, tak terbilang jauhnya. Jadi, jika saja ada yang menyebutkan desa yang paling jauh di Lombok Timur adalah Desa Toya, boleh jadi benar.
Memang, geografisnya hingga menyentuh kawasan Lingkar hutan Taman Nasional Gunung Rinjani (TNGR), sebagai kawasan yang berada di ujung Gumi Selaparang ini, sekaligus merupakan jantung dan paru-paru bagi Pulau Lombok dan sekitarnya.
Kawasan hutan TNGR memiliki cagar alam, marga satwa, plasma nutfah serta lainnya. Salah satu potensinya adalah Wakul, yang sudah akrab dengan masyarakat Sampet di Dusun Montor Lekong Desa Toya.
Kepala Desa Toya, Hanah, Sabtu (22/05/21), mengatakan, pihaknya sudah mensetting program pengembangan potensi desa yang dipimpinnya. Kata dia, sebagaimana arahan DPMD Lombok Timur (Lotim) selaku leading sector dan petunjuk UU yang telah digariskan serta menyukseskan program Kemendes PDTT, telah dilakukan sejumlah realisasi program yang berimbang antara infrastruktur dan pemberdayaan masyarakat.
“Potensi Sumber Daya Desa Toya (SDA maupun SDM) sangatlah prospektif, untuk itu kegiatan program pembangunan terus kita pacu, baik infrastruktur maupun pemberdayaan,” ujar Hanah. Pembukaan, pengerasan, dan perawatan infrastruktur jalan yang mendukung kegiatan sosial dan perekonomian masyarakat telah dirasakan mamfaatnya.
Beberapa potensi SDA Desa Toya yang sangat dikenal adalah banyaknya sumber mata air. Setidaknya, tak kurang dari 24 sumber mata air dimiliki oleh Desa Toya dengan jumlah 9 kekadusan itu. Hal tersebut, merupakan suatu anugerah sehingga para petani dapat melakukan penanaman di persawahan dengan lancar sepanjang tahun.
Pengelolaan SDA yang ada telah dilakukan juga dengan memberdayakan masyarakat lewat kelompok-kelompok produktif di antaranya KWT (Kelompok Wanita Tani). Kelompok itu mampu meningkatkan perekonomian masyarakat pada hasil tanaman pangan dan hortikultura dengan mengolahnya menjadi produk yang bernilai ekonomi. Sebutlah seperti pembuatan krepek buah (pisang, nangka, dan lainnya), pembuatan jamu tradisional, kegiatan ragam ekonomi produktif, serta adanya UKM dan kearifan lokal lainnya.
“Bahkan, karena potensinya yang sudah dikenal prospektif dan saling mendukung tersebut itulah maka sejak awal tahun 2019 tahun Desa Toya ditetapkan sebagai Desa Wisata,” kata Musyaddad Akbar, S.Kom., Kasi Pemerintahan Desa Toya, Sabtu (22/05/21), sembari menyebut beberapa keunggulan sebagai faktor pendukung untuk menjadi Desa Wisata. “Ada banyak sumber mata air, ada air terjun, kuliner, kerajinan, dan potensi kearifan lokal lainnya,” imbuhnya.
Pemdes Toya telah melakukan pemetaan potensi desa. Kata dia, geografis dan topogrfi alam yang mendukung tersebut seperti kawasan hutan TNGR yang menyimpan banyak ragam hayati kaya manfaat.
Ia menyebut Wakul (berbuah bulat sebesar kelereng yang bermanfaat dalam dunia industry, utamanya kecantikan). Wakul ini menjadi bagian keseharian masyarakat Sampet Dusun Montor Lekong Desa Toya sebagai bagian dari produk unggulan Desa Toya.
“Maka, kedepan potensi yang ada di Desa Toya terus dipacu dengan penuh semangat, bersama dengan warga masyarakat dan para generasi muda lainnya,” pungkas Musyaddad (Kus).