MATARAM, Literasi – Ikan tongkol yang selama ini diidentikkan berbau amis akan dikatrol menjadi mewah. Sebab, di tangan Riyan Pinasti Rahajeng, ikan tongkol itu berubah menjadi produk unik. “Namanya Abon Nipah,” ujar Pipin pada wartawan, Sabtu (27/2).
Pipin bercerita, produknya ini penuh dengan history (cerita). Jika biasanya, kebanyakan pengusaha melibatkan karyawan handal dalam memproduksi makanan olahan, beda halnya dengan bisnis yang dilakoni perempuan berhijab tersebut.
“Saya libatkan nelayan, terutama nelayan-nelayan terdampak gempa 2018 di sekitaran Pantai Nipah, Kabupaten Lombok Utara,” kata dia.
Olahan abon milik Pipin memang beda dari produk abon kebanyakan. “Produk abon buatan saya pakai kemasan packing, biar unik dan beda deh,” jelasnya sembari tersenyum.
Selain berbentuk unik dari segi kemasan, olahan hasil ikan yang dihasilkan Pipin pun memiliki nilai jual dan pangsa pasar menengah ke atas. “Alhamdulillah, pasarnya besar banget. Saya gak nyangka, niat membantu nelayan, berbuah manis,” ucapnya.
Kini, olahan abon ikan tongkol bergaya mewah ini menjadi favorit para wisatawan domestik. Maupun mancanegara. Mulai dari China, Dubai, Malaysia, hingga Belanda.
Terpisah, Kepala Diskanlut NTB, H. Yusron Hadi mengatakan, olahan abon ikan Nipah yang dihasilkan Riyan Pinasti Rahajeng merupakan salah satu dari 12 industri Kecil Menengah (IKM) dan Usaha Kecil Menengah (UKM) yang tersebar di wilayah Pulau Lombok dan Sumbawa.
Menurut Yusron, usaha pelibatan dan pemberdayaan IKM/UKM di sektor kelautan telah dimulai pihaknya saat pemenuhan kebutuhan program Jaring Pengaman Sosial (JPS) Gemilang beberapa waktu lalu.
“Alhamdulillah, kami bersyukur pada JPS kedua produk para nelayan NTB bisa masuk. Semoga adanya permintaan ini bisa membuat nelayan tersenyum di tengah wabah pandemi Covid-19 saat ini,” kata Yusron.
Menurut Mantan Kepala Biro Organisasi Setda NTB, jumlah nelayan tangkap di NTB yang terdata mencapai sebanyak 72 ribu orang. Jumlah tersebut belum termasuk nelayan garam dan nelayan olahan produk perikanan. RUL.