Selong, Literasi– Sembalun telah menjadi destinasi wisata sejak tahun 1980-an dengan daya tarik alam serta adat dan tradisi yang terjaga, serta posisinya sebagai penghasil bawang putih nasional.
Pengembangan Sembalun menjadi diskusi Bupati Lombok Timur H. M. Sukiman Azmy bersama Dirjen Konservasi Sumber Daya Alam Eskosistem (KSDAE) Wiratno untuk menyinergikan pengelolaan landscape ekosistem Rinjani. Diskusi berlangsung Senin (22/02) kantor Balai Taman Nasional Gunung Rinjani.
Bupati dalam diskusi tersebut memaparkan rencana kongkrit pengembangan sembalun ke depan. Sembalun dipilih karena kawasan ini berada di lingkar Rinjani yang terus menarik perhatian dengan berbagai label seperti taman nasonal, global geopark, cagar biosfer, dan Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN).
Berkembangnya pariwisata, selain berdampak positif seperti meningkatkan jumlah wisatawan, juga menimbulkan dampak negative seperti kerusakan lingkungan. Pemda Lombok Timur juga mengalami keterbatasan ruang gerak dalam mengelola wisata Sembalun karena sebagian besar merupakan wilayah BTNGR dan Provinsi NTB.
Dipaparkan Bupati, persoalan lain yang timbul adalah pendapatan masyarakat dari sektor pariwisata yang dirasakan belum merata atau hanya dinikmati orang tertentu, sementara lainnya hanya menjadi penonton. Selain itu kontribusi untuk Pemda dari pariwisata yang berkembang di Sembalun juga belum terlihat.
Karena itu Pemda Lombok Timur mengajukan sejumlah solusi seperti menyusun master plan terpadu Sembalun oleh BTNGR dengan provinsi. Peningkatan kerja sama BTNGR, Pemda, dan masyarakat pelaku wisata untuk mendapat akses di kawasan yang melibatkan semua stakeholder: desa, Pokdarwis, BUMDes, dan pelaku-penggiat pariwisata juga menjadi usulan.
Ditawarkan pula konsep one gate ticketing ke Rinjani untuk menarik retribusi. Sehingga Pemda bisa mendapatkan peningkatan PAD dari kegiatan pendakian Rinjani, termasuk pendakian ke bukit-bukit yang dikelola Provinsi seperti; Anak Dara, Pergasingan, Nanggi, Selong, dan lainya. Untuk itu Pemda menganggarkan dana Rp 1 M pembangunan sarana Prasarana pariwisata di sekitar Cemara Siu (loket karcis) dilanjutkan dengan membangun transito atau rest area di sekitar lokasi tersebut yang akan menampung seluruh wisatawan. Pemda Lotim juga berencana mengaspal jalan hotmix jalur tracking sampai gerbang kawasan.
Diskusi tersebut menghasilkan Kesepakatan Bersama yang nantinya akan dilanjutkan Perjanjian Kerja Sama dengan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan.
Salah satu poin kesepakatan bersama tersebut adalah pembangunan rest area di luar Kawasan TNGR, yaitu di Desa Sembalun Bumbung dan Kawasan HGU Sembalun Kusuma Emas oleh Pemda Lotim. Diterapkannya konsep One Gate One Ticket di Cemara Siu di luar Kawasan TNGR sebagai konsep baru dalam pengembangan pariwisata yang terintegrasi dalam landscape ekosistem Sembalun.
Isi kesepakatan lainnya adalah pemenuhan kebutuhan air bersih masyarakat di sekitar TNGR pada sembilan kecamatan Kabupaten Lombok Timur dengan pola pemanfaatan air dari dalam Kawasan TNGR, dengan prinsip non komersial. Pemerintah Kabupaten Lombok Timur dan BTNGR akan melakukan kajian perbaikan pipa air yang telah ada sebelumnya pada jalur eksisting Sembalun. Kemitraan konservasi juga menjadi poin kesepakatan. Kemitraan dapat dilakukan pada zona tradisonal seluas 400 Ha melalui pola pemanfaatan HHBK, jasa lingkungan (wisata alam, air), dan pemulihan ekosistem.
Hadir dalam kesempatan tersebut Kepala Balai TNGR beserta jajaran, Kepala OPD terkait, Camat Sembalun, serta Kabag Kerjasama Setda Lotim.hm