
Selong, Literasi-Wakil Bupati Lombok Timur H. Rumaksi SJ, SH menghadiri acara Lombok Mercusuar dengan rangkaian doa bersama menolak bala dengan tokoh agama, tokoh adat, tokoh budaya dan dan seluruh elemen masyarakat.
Hadir pada kesempatan tersebut, Sekda Prov. NTB Drs. H. Lalu Gita Ariadi, M.Si, Kabinda NTB, Kajati, Kapolres Lotim, Perwakilan Kodim 1615/Lombok Timur, Camat Sembalun, Kepala Desa, para sesepuh, 44 penghulu gunung, kiyai, pemangku, dan toak lokak.
Kegiatan ini berlangsung di berugak keagungan di Bilok Petung, Sembalun, bersama para pejabat, penghulu adat, tokoh-tokoh, kiyai seluruh elemen, dipimpin kiyai adat di bilok petung Kecamatan Sembalun.
Wakil Bupati H. Rumaksi Sj dalam sambutannya menyampaikan terima kasih atas terselenggaranya kegiatan tersebut sebagai salah satu upaya meminimalisasi dampak berbagai bencana, baik alam maupun non alam.
Wabup mencontohkan salah satu bencana yang tengah dihadapi saat ini adalah Covid -19 yang di Indonesia kasusnya sudah tembus 1 juta lebih orang. Pemerintah telah melakukan berbagai upaya untuk penanggulangannya. Karenanya diharapkan melalui doa yang dipanjatkan bersama dapat segera mengakhiri pandemi ini.
Wabup juga mengingatkan pentingnya persatuan dengan menerima perbedaan-perbedaan yang ada, serta melaksanakan protokol kesehatan guna mencegah semakin meluasnya penyebaran covid-19.
Sekda Provinsi NTB yang juga ketua Satgas Covid-19 Provinsi NTB mengungkapkan hal serupa, yaitu pentingnya menerapkan protokol kesehatan 3M. Ia menggambarkan kondisi dan penyebaran Covid-19 di Provinsi NTB hingga 31 Januari yang mencapai 7,667 orang, di mana yang masih dalam perawatan jumlahnya mencapai lebih dari seribu kasus (1448 orang). Diperkirakan tanpa adanya upaya signifikan untuk pengendalian, termasuk kedisiplinan menerapkan protokol kesehatan serta vaksinasi maka pada tahun 2021 mendatang angkanya bisa mencapai 15-20 ribu kasus.
Diharapkan doa yang dilakukan dapat menekan angka kasus dibarengi penerapaan 3M. Diingatkannya pula untuk mewaspadai bencana hidro-meteorologi dan bencana lainnya sebelum menutup sambutan dengan lantunan tembang sasak.
Ritual nyentulak desa ini dilaksanakan untuk melestarikan adat dan budaya gotong royong masyarakat di sasak dan sebagai wadah silaturahmi seluruh tokoh di pulau Lombok sekaligus doa bersama untuk mencegah dampak bencana yang terjadi di Gumi Selaraparang ini.hm