SELONG, Literasi – Desa Kembang Kuning yang terletak di Kecamatan Sikur, Lombok Timur, merupakan desa yang telah ditetapkan sebagai desa wisata unggulan dalam RPJMD NTB tahun 2019-2023. Bahkan di tahun 2017, Kembang Kuning dinobatkan menjadi desa wisata terbaik oleh Kementerian Pariwisata (Kemenpar).
Namun sayang sejuta pesona Kembang Kuning tak mampu menahan hempasan pandemi Covid-19 yang melanda dunia saat ini. Kebijakan larangan bepergian serta penutupan lokasi pariwisata menyebabkan derastisnya penurunan kunjungan wisatawan ke desa ini.
“Kalau tahun 2019 itu, wisatawan mancanegara hampir 3000 orang. Tahun ini paling sekitar 300-an,” kata Lalu Sujian, Kepala Desa Kembang Kuning.
Mulai diperbolehkannya pembukaan destinasi wisata menjadi angin segar bagi para pelaku wisata di Kembang Kuning. Meskipun demikian, mereka harus menjaga diri dan keluarga dari paparan Covid-19 yang beresiko terbawa oleh wisatawan. Tentunya dengan menerapkan protokol kesehatan sesuai ketetapan Badan Kesehatan Dunia (WHO). Pengecekan suhu badan, pewajiban penggunaan masker, menyiapkan cuci tangan, menjadi hal mutlak yang harus dipatuhi.
Bangkit dari keterpurukan pasca pandemi tentu tidak sulit bagi desa yang memiliki keindahan panorama alam pedesaan ini. Apalagi dengan pesona air terjun dan budayanya, pasti akan mampu menarik kembali kunjungan wisatawan domestik maupun mancanegara.
Terdapat lima destinasi air terjun alami yang akan menghipnotis pengunjung dengan kecantikan dan kesegaran airnya. Yaitu air terjun Ulem-ulem, air terjun Burung Walet, air terjun Kokok Duren, air Terjun Seme Deye, dan air terjun Jeruk Manis.
Namun belum normalnya akses kunjungan wisatawan ke Lombok, tentu berpengaruh pada kunjungan ke kembang kuning. Wajar saja, karena wisatawan masih takut terhadap virus yang telah menyebabkan meninggalnya 977.109 orang di seluruh dunia.
Dari data yang dilansir dari The New York Time per tanggal 24 September 2020 ini, menunjukkan ganasnya Covid-19, dan tentu berpengaruh pada kekhawatiran wisatawan untuk berlibur.
Berakhirnya pandemi ataupun ditemukannya vaksin, menjadi harapan yang disematkan Lalu Sujian. Agar penghasilan masyarakat di desanya kembali meningkat seperti sebelum adanya pandemi.
“Kalau sebelum Covid itu PADes kita Rp 300-400 juta pertahun. Karena banyak tamu yang berkunjung, secara otomatis penghasilan masyarakat meningkat,” ungkapnya.
Harapan ini disematkan mengingat banyaknya masyarakat yang menggantungkan hidup dari sektor wisata di desanya. Bagaimana tidak, ada 100 kamar milik masyarakat yang dikelola oleh Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) bersama Badan Usaha Milik Desa (BUMDes). Dd