Loteng, Literasi-Rizki harus mengubah keputusannya. Salah seorang putranya meminta menginap di Mandalika. Padahal, tidak pernah ada rencana untuk bermalam di kawasan pantai yang indah itu.
Hal itu disebabkan Danis, putranya, berkeras agar mereka bermalam di sana. Karena ingin membahagiakan anaknya, hal itu akhirnya diiyakan. Keputusan pun berubah tidaklah mengapa. Apalagi sudah sejak beberapa lama ia tidak pernah mengunjungi Mandalika yang sudah banyak berubah.
Tidak mengherankan, anggota keluarga lain sepakat bermalam walau tidak ada persiapan pakaian. Pesona Mandalika telah membuat rencana tamasya pulang pergi Mataram-Lombok Tengah dalam sehari itu harus berubah. Kesenangan itu pun tidak ditahan-tahan. Apalagi mereka hanyalah wisatawan lokal yang ingin juga sekali waktu menginap di hotel.
Dimasa pandemi biaya penginapan tidak terlalu mahal. Satu kamar hotel di pinggir pantai yang semula Rp 500 ribu turun menjadi Rp 150 ribu.
“Hanya kami yang menginap di hotel itu,” seru Deni, ibu dua orang anak yang datang ke sana bersama dua keluarga lainnya. Kendati hanya sehari, cukup membuat anak-anak mereka merasa puas menikmati pemandangan dan mandi di kolam renang hotel.
Karena keindahan itu pula tidak henti-hentinya mereka berswafoto dari berbagai sudut pandang yang berbeda. Tidak mengherankan jika anggota keluarga lainnya ingin ke sana, bahkan yang sudah datang ingin mengulang peristiwa itu kembali.
Pesona Mandalika memang sulit dilupakan walau dimasa pandemi. Malah seseorang yang baru datang pertama kali akan mengurai pujian sebagaimana tamu-tamu pemerintah dari Jakarta. Sebutlah diantaranya para menteri. Itulah sebabnya, kawasan tersebut terus dipacu dan dipercantik. Apalagi tahun depan gelaran MotoGP akan dimulai.ian