Sabtu , Desember 7 2024

Naikkan Indeks Kebersihan Indonesia, Kemenparekraf Wajibkan Distinasi di Lombok Miliki Standar CHSE

Rizki Handayani saat membuka bincang “Revitalisasi Bumi”

MATARAM, Literasi – Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) memastikan program menjaga lingkungan dan gerakan bersih-bersih melalui program “Revitalisasi Bumi” akan terus dilakukan. Pasalnya, keindahan dan kebersihan distinasi menjadi periortas utama yang harus disukseskan oleh Pemerintah Pusat dan daerah. Apalagi, dalam situasi pandemi Covid-19 saat ini. 

Deputi Bidang Produk Wisata dan Penyelenggaraan Kegiatan dan Events Kemenparekraf, Rizki Handayani, mengatakan dipilihnya Pulau Lombok sebagai lokasi “Revitalisasi Bumi” bersama Provinsi Bali dikarenakan Provinsi NTB merupakan salah satu distinasi pariwisata perioritas di Indonesia.

“Kami sebelumnya mengajak masyarakat Bali dan kini di Pulau Lombok karena dua lokasi ini distinasi wisatanya harus bersih. Makanya,  gerakan bersih-bersih melalui program ‘Revitalisasi Bumi’ tidak lain sebagai upaya mendatangkan wisatawan di saat pandemi Covid-19,” ujar Rizki Handayani saat membuka bincang “Revitalisasi Bumi” bertajuk sinergi dan kolaborasi menjaga bumi secara virtual meeting di Hotel Holiday Resort, Kawasan Senggigi, Lombok Barat, Jumat  (18/9) malam.

Rizki mengakui adanya pandemi Covid-19 membuat aktivitas sektor pariwisata berhenti sehingga sektor penunjang lainnya pun terhenti. Seperti hotel-hotel, restoran dan objek wisata tutup sejak ditetapkan pandemi virus corona melanda Indonesia.

Di hadapan para pelaku wisata di NTB, Wagub NTB, Kadis Pariwisata NTB juga Sekda Lotim serta Asisten I Setda Lobar, Rizki meminta masalah kebersihan di distinasi wisata harus menjadi perioritas untuk ditangani secara bersama-sama. Apalagi, indeks kebersihan masyarakat Indonesia sangat rendah. Yakni, berkutat pada peringkat 100 di dunia.

“Tekad kita melalui program ini adalah bagaimana kita bersama-sama menaikkan rangking kita bisa menembus di papan tengah. Maka, membersihkan lingkungan di kawasan wisata harus jadi gerakan kita secara bersama-sama,” tegasnya.

“Jadi, selepas ini, minimal di distinasi kita masing-masing sudah mulai disiapkan tempat cuci tangan. Ini cara kita menjaga kebersihan lingkungan,” sambung Rizki.

Dalam kesempatan itu. Ia mengatakan, komitmen pemerintah pusat melalui Kemenparekraf yang akan memompa kunjungan wisatawan ke NTB. Sebab, NTB akan menjadi tuan rumah MotoGP Mandalika tahun 2021. Selain itu, kata Rizki, program wisata halal yang sudah ada di NTB akan tetap dilanjutkan.

“Dengan dibukanya pariwisata dalam tatanan kehidupan era baru, tentu faktor kesehatan menjadi prioritas utama, seperti menggunakan masker (pelindung wajah), sering-sering mencuci tangan pada air mengalir atau gunakan hand sanitazer. Dan NTB akan jadi perioritas nasional bersama Bali,” jelasnya.

Sementara itu, Analis Kebijakan Kemenparekraf, Noviendi Makalam mengatakan, kebijakan pemerintah mengedepankan kebersihan, kesehatan, keamanan, dan lingkungan hidup (clean healty safety environment, CHSE) dalam tempat-tempat wisata tidak lain dihajatkan untuk kepentingan wisatawan.

“Artinya kita dalam periode pada saat ini mengutamakan kebersihan, kesehatan, keselamatan, dan lingkungan hidup. Kita sudah punya panduan yang kita buat itu dalam rangka untuk memastikan setiap tempat wisata tersebut mengikuti panduan dan bisa menjamin adanya pemenuhan dari CHSE,” kata Noviendi.

Ia mengakui, pihaknya juga sudah menggandeng setiap pemangku kepentingan di industri pariwisata untuk mengikuti panduan dan menerapkan protokol kesehatan demi menjamin keamanan wisatawan.

“Sehingga jangan takut lagi, karena concern utama kami untuk wisatawan domestik itu keamanan, ketika protokol kesehatan diterapkan secara ketat itu baru merasa aman,” ungkap Noviendi.

Ia menyebut saat ini pemerintah berfokus untuk menggaet wisatawan domestik ketimbang menarik kembali turis-turis asing. Hal itu berdasarkan pertimbangan pandemi Covid-19 yang masih terjadi di seluruh dunia.

Terpisah, Kadis Pariwisata NTB HL. Faozal menambahkan, khusus di NTB terdapat empat zona yang sudah dilakukan standarisasi dengan pola CHSE. Yakni, kawasan Tiga Gili dan Senggigi di KLU dan Lobar, Gunung Rinjani dan sekitarnya, KEK Mandalika dan kawasan Kota Mataram.

 “Insya Allah, empat area ini bersiap untuk dilakukan standarisasi. Apalagi, pelaku wisata di NTB menyambut baik program CHSE, begitupan pak Gubernur dan Ibu Wagub menugasi saya melakukan kegiatam CHSE di NTB,” tandasnya. RUL

Check Also

Produk Coklat Mahasiswa KKN STP Mataram di Lembah Sempaga

KKN Tematik STP Mataram di Desa Lembah Sempaga, Kecamatan Narmada, Lombok Barat, Oktober hingga November …

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *