Oleh : Suaeb Qury, Ketua LTN-NU NTB
Mendengar kabar baik, akankah industri pariwisata di NTB mulai bangkit dan kembali normal? Itulah yang dibicarakan oleh para pelaku pariwisata, dari travel egen, toko oleh -oleh dan pengusaha perhotelan.
Itu bukan sekedar kabar burung, bukti awal para Bupati di pulau lombok sudah membuka akses dimulainya Tiga Gili di Lombok Utara, Senggigi dan Sekotong Lombok Barat, Gunung Rinjani Lotim serta Kute dan Selong Blanak Lombok Tengah. Tentu ini adalah awal yang baik, jika ingin mengembalikan roda ekonomi di sektor industri pariwisata hidup, sebab magnet industri pariwisata bisa menggerakkan sektor lainya.
Kilas balik dari kemajuan dan bangkitnya dunia pariwisata di NTB, tidak terpelas dari usaha-usaha para pelaku pariwisata di NTB. Mulai dari tahun 2013, sektor pariwisata menjadi sektor kedua penunjang ekonomi NTB setelah industri energi dan pertambangan.
Kegeliatan dan atmosfer bangkitnya dunia pariwisata di NTB juga ditandai dengan jumlah kunjungan wisatawan manca negara di tahun 2015-2017 mencapai 4 juta dan di tahun 2017 juga kawasan ekonomi khusus mulai bergerak maju dan sampai pada rounbriking dan peresmian MotoGP berstandar internasional. Menjadi kebanggaan dan simbol bagi masyarakat NTB dan dinanti-nanti yakni MotoGP bisa terwujud serta tidak terbayangkan oleh masyarakat di Kawasan Mandalika Kute.
Belum pulih dan maksimal membangun kembali sektor pariwisata dari dampak akibat gempa bumi di tahun 2018 yang memorak-porandakan sektor vital di kawasan wisata. Padahal, kehadiran para pelancong berkontribusi dan memberikan manfaat secara ekonomis bagi para pelaku dan penggiat pariwisata di NTB.
Dan usaha mengembalikan memori indah dan keberhasilan NTB meraih beberapa penghargaan di dunia pariwisata pasca gempa melanda NTB, ternyata butuh waktu yang cukup lama mengembalikan memori dan branding NTB bangkit dan gemilang. Begitu tanda kebangkitan dunia pariwisata di NTB mulai beranjak di tahun 2018, dengan jumlah kunjungan wisma mencapai 1juta lebih. Bergerak melamban tapi pasti, sektor pariwisata di era kepemimpinan Dr. Zul sebagai Gubernur NTB telah mencanangkan perhelatan MotoGP di tahun 2021 dan menjadikan kawasan ekonomi khusus Mandalika sebahagai industrialisasi pariwisata.
Belum pulih dari usaha mengembalikan citra dan revitalisasi sektor pariwisata, tina-tiba datang musibah tidak terbanyangkan oleh para pelaku pariwisata dan penggiat ekonomi sektor pariwisata. COVID-19 merebak, industri pariwisata di provinsi itu langsung terpukul dan bahkan secara irasional melempuhkan roda ekonomi.
Sejak Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat mengumumkan adanya kasus pertama positif COVID-19 awal Maret 2020, dari situlah mulai terlihat di publik para wisatawan yang ada bahkan yang ingin datang, harus kembali dan menunda berkunjung ke NTB. Bukan saja para pelancong yang mengurungkan niat berkunjung ke NTB, destinasi wisata seluruhnya ditutup, hotel-hotel juga berhenti beroperasi, biro perjalanan dan tokoh oleh-oleh yang menghidupkan para karyawan ikut gulung tikar serta dirumahkan.
Ditengah covid19 pendemi melanda NTB, disitu juga ada keberanian dan usaha para pelaku pariwisata yang bisa menyesuaikan dengan kondisi.
Palam Perdana, adalah salah satu toko oleh-oleh di Lombok di Jalan Adi Sucipto, toko itu biasa jadi rujukan pelancong membeli berbagai macam makanan khas Lombok. Namun, semenjak merebaknya virus corona tidak ada lagi tamu yang datang meski tetap memilih untuk bertahan dengan tetap membuka toko.
Optimisme dan kepedulian seorang Suherman pemilik tokoh palam perdana atas karyawan dan tetap yakin dengan usaha dan mengikuti protokol SOP kesehatan dan toko oleh-oleh miliknya tetap menjual berbagai macam makanan khas Pulau Lombok dan Pulau Sumbawa. Walaupun COVID-19 dan sepi pengunjung, baginya yang dipikirkan adalah nasib 12 orang karyawan yang sudah sejak lama bekerja padanya. Belum termasuk dua orang satuan pengaman dan dua orang penjaga malam.(baca:antaranews)
Apa yang dilakukan oleh pemerintah NTB dengan sungguh-sungguh memenuhi SOP Covid 19, dibalik itu semua turut memikirkan nasib dan dampak dari covid 19 yakni sebanyak 15.000 pekerja yang bergerak di sektor pariwisata harus dirumahkan dengan rincian, 6.122 orang di bidang hotel, 1.874 di bidang Pokdarwis, 1.357 travel/guide, 676 porter, Homestay 213, 2.410 ekraf/IKM, 394 sanggar seni, 353 lapak kuliner, 617 boatman dan 984 petugas kebersihan, tiket serta asongan.
Dari sekian banyak beban para pelaku pariwisata dan pemerintah daerah NTB, maka solusi yang paling bijaksana adalah mengembalikan roda pariwisata di NTB dengan konsep new normal destinasi prioritas. Konsep new normal destinasi perioritas dengan tetap berpedoman pada protokol covid 19 yang menjamin para palaku pariwisata melakukan sterilisasi, disinfektisasi di kawasan tiga Gili, Kuta Mandalika, dan Senggigi serta IC.
Bisa jadi, jika kawasan prioritas yang dijadikan kunci utama bagi promosi pariwisita di NTB, tentu akan menjadi daya ungkit bagi sektor penunjang pariwisata lainnya. Semoga ini adalah awal yang baik untuk memulai dengan tatanan baru dalam mengelola dan mengembalikan kejayaan dunia pariwisata di NTB. Wallahu’alam bisaawab.