Madu Trigona/KPH Rinjani Barat
Ada berbagai jenis madu yang belakangan mengemuka sebagai lahan bisnis. Selain madu hutan, terdapat madu hasil budidaya yang disebut serena. Yang lebih menarik adalah kehadiran madu trigona yang sangat mudah pembudidayaannya sehingga digandrungi masyarakat dan kian mudah perkembangannya.
Keunggulan budidaya madu trigona adalah karena berasal dari lebah berukuran kecil yang tidak menggigit. Karena itulah, banyak warga yang mulai membudidayakan madu ini. Di KLU dan Lombok Barat, bisnis ini menjamur seiring upaya pemanfaatan potensi lingkungan yang sangat mendukung.
Sebutlah aneka pepohonan yang ada di sekitarnya menjadi daya dukung untuk keberlangsungan bisnis ini. Aneka pohon seperti mangga, jeruk, kelapa dan lain-lain merupakan pakan yang tidak pernah habis bagi lebah madu.
Disisi lain, para pembudidaya tidak hanya bisa menjual madunya melainkan juga menjual bibitnya. Dalam satu box yang sudah jadi atau berisi madu yang siap panen, bisa dilego dengan harga Rp 150 ribu hingga Rp 250.000. Pembudidaya cukup menggantungkan box tersebut di bawah atap atau disusun rapat dalam sebuah area budidaya. Hampir tidak diperlukan perlakuan khusus kecuali menghindari semut.
“Karena itulah saya sudah membeli enam kotak,” kata Sukran Hasan, warga Kekalik Mataram yang memboyong madu itu dari KLU. Dari enam kotak lebah madu itu ia sudah beberapa kali panen walau masih dalam julah kecil.
Di Lombok Utara sendiri sudah terdapat kelompok-kelompok budidaya lebah madu. Kasil panennya kemudian dikemas dan dijual kepada para tamu selain banyak diantaranya yang mengonsumsi madu di tempat untuk membuktikan keasliannya.
Salah seorang pembudidaya madu trigona di KLU, Dedi, mengemukakan madu hasil budidaya kelompoknya sudah dikemas dalam berbagai ukuran dengan harga Rp 100 ribu hingga 300 ribu. Bahkan ada pelanggan yang tetap membeli dan menjualnya langsung ke Jakarta setelah memberinya kemasan khusus dengan harga sekira Rp 250.000-Rp 500.000 untuk ukuran 500 ml.
Kebutuhan lahan yang tidak terlalu luas membuat budidaya madu cepat berkembang dan diterima masyarakat. Hal ini berpengaruh pada upaya menjaga kelestarian lingkungan di sekitarnya, sebutlah dalam menjaga dan membangun hutan yang lambat laun kian masif digerakkan masyaraat. Terlebih pemerintah desa selaku penguasa wilayah administrative memilki peran yang tak kalah penting dalam menjaga kelestarian hutan.
Di Lombok Barat hal itu ditunjukkan oleh Kepala Desa Bengkaung Faizul Bayani, S.Pd., M.Pd saat menyambut Rombongan Kepala BKPH Rinjani Barat saat silaturahim sekaligus pembinaan di Sekertariat KTH Sadar Membangun, Desa Bengkaung, Selasa (9/6/2020) lalu. Kepala Desa Bengkaung berharap KPH Rinjani Barat dapat membimbing KTH dan Pemdes mewujudkan Bengkaung sebagai Desa Madu Trigona. Pasalnya, sejak tahun 2020, Bengkaung ditetapkan menjadi destinasi wisata terpadu dengan ikon penghasil madu trigona.
Potensi budidaya lebah madu akan terus berkembang dan berimplikasi pada pelestarian lingkungan. Setidaknya terdapat sekitar 40-an desa yang berbatasan langsung dengan wilayah kerja KPH Rinjani Barat dan menjadi mitra strategis dalam melestarikan hutan. ian