Ketika percikan api menjadi lukisan, siapa korek api siapa cahayanya?
Sebatang korek api dinyalakan.Nyala itu kemudian digoreskan di atas kanvas, satu, dua, tiga, dan terus-menerus. Bidang kanvas pelan-pelan membentuk sebuah sketsa dan lukisan.Sedangkan batang-batang bekas korek api berserakan setelah nyalanya diredam menjadi sesuatu yang membentuk gagasan.
Memang bukan hanya korek api. Pelukis Esty Ebhi Evolisa juga membutuhkan cat. Keduanya saling mengisi, tiada yang saling meniadakan melainkan saling mengisi dan memerkaya.Mungkin itu yang disebut Esty sebagai “spirit of fire”. Terlepas apakah api memberinya kekuatan, keseriusan itu telah menciptakan karya yang cukup fenomenal – yang barangkali satu-satunya di Indonesia.
Setidaknya impresi dari ribuan, bahkan jutaan batang korek api telah mewakili kegelisahan Esty untuk menuangkan gagasan yang selama ini mungkin belum sepenuhnya terwakili.Ada diantara karya itu dianggapnya belum selesai, namun bagi mata yang paling awas hal itu tidaklah nampak.Keseriusan Esty hampir menjadikan karyanya lebih sempurna dari pada periode sebelumnya.
Esty memang mengambil tema sebagaimana tema para seniman yang menyangkut kegelisahan di dalam maupun diluar dirinya, baik tentang mimpi, tentang sosok maupun tentang sesuatu yang aneh. Ia melayari pikiran dan perasaan Esty, menjamah bagian yang tidak terwakili oleh ucapan namun sepenuhnya tertampung dalam cat dan batang-batang korek api.
Tidak seluruh bidang terisi efek impresi api. Sebagian besar bidang bahkan adalah warna, kecuali pada bagian-bagian tertentu yang memerlukan sapuan spontanitas, yang memerlukan nyala panas yang membakar atau diredam. “Kadang pula kanvas terbakar, dan saya harus menyiasatinya,” cetusnya tentang beberapa kanvas yang hangus akibat terbakar. Dalam soal kanvas,belakangan Esty mengaku kesulitan karena harus mencarinya ke luar daerah.
Korek api memang sesuatu yang semakin langka dipergunakan, bahkan oleh ibu rumah tangga. Namun bagi Esty ia menjadi material yang sangat berguna dalam mendukung setiap gagasannya tentang ekspresi garis di atas bidang-bidang kosong. Korek api telah memberinya kekuatan dan spirit dalam berkarya, termasuk kekuatan untuk mengungkapkan sesuatu yang mungkin tak terwakili lewat media lain.
Konsistensi Esty telah meneguhkannya sebagai salah satu perempuan pelukis yang memiliki inovasi dan kreativitas. Gagasan korek api itu sendiri dikembangkan dari lukisan Ipe Ma’ruf yang pernah dilihatnya.Namun Ipe hanya memiliki beberapa karya dengan bahan korek api, itupun di atas kertas. Esty memiliki koleksi yang lebih besar di atas kanvas.
Setidaknya ketika nyala api itu diredam di atas kanvas, ada yang tertinggal berupa karya sketsa atau lukisan, serta ada yang terbuang berupa batang-batang kayu yang membisu. Sesuatu yang pernah ada menjadi tiada, dan sesuatu yang tiada berproses menjadi ada. Siapakah korek api, siapakah cahayanya? Pertanyaan itu mungkin tidak pernah ada jika saja Esty tidak memulainya. /riyanto rabbah/