Minggu , Desember 8 2024
Produk UMKM masyarakat

Produk Anyaman Mewarnai Hari Pasaran

SELONG, LITERASI-Hasil karya pengrajin anyaman  tradisional khas Lombok berupa perlengkapan dapur dan perlengkapan petani dapat ditemukan di hari pasaran di sejumlah pasar tradisional. Para pedagang se Lotim umumnya berdatangan berjualan menempati lapak-lapak masing-masing.

Hari pasaran merupakan jadwal aktivitas pedagang di luar hari biasa. Beberapa contoh hari pasaran tradisional di Lotim adalah  Aikmel dan Korleko yang jatuh pada hari Rabu, Pringgabaya hari Sabtu, Apitaik hari Selasa, Pohgading hari Kamis, Wanasaba dan Sambelia hari Ahad, Masbagik hari Senin, dan Paok Motong hari Jum’at.

Hasil kerajinan berupa perlengkapan dapur dan untuk pertanian yang dijual pada hari pasaran itu beragam jenis. Kerajinan anyaman tersebut berbahan baku dari bambu  dan lontar. Produk dapur yang terbuat dari bahan baku bambu beberapa diantaranya seperti bakul ukuran besar (bakak : Sasak), bakul ukuran kecil (pengosak : Sasak), tempat nasi (ponjol : Sasak), tampi (Erok/Nyiru : Sasak). Sedangkan anyaman berbahan baku lontar adalah tudung saji (Tembolak : Sasak).

Sementara itu yang termasuk anyaman perlengkapan petani berbahan baku dari bambu adalah  topi (Songkok : Sasak) dan keranjang.  

Hasil pantuan   di lapangan menyebutkan, kedua produk kerajinan tersebut merupakan hasil karya para pengrajin yang ada di Janapria Loteng. Kecuali khusus Tudung Saji banyak dibuat oleh para pengrajin di Desa Rumbuk Sakra Lotim.

Menurut H.Maknan, seorang pedagang dari Desa Kotaraja, Selasa (18/2/2020), mengaku memiliki pengalaman sebagai pedagang hasil kerajinan anyaman selama puluhan tahun. Kata dia, tak kurang dari 30 an tahun dia menjalani profesinya sebagai pedagang hasil kerajian perlengkapan dapur dan petani.

Selama ini Pasar Jelojok merupakan sentra terminal pajangan pendistribusian hasil kerajinan tempat mengambil/membeli untuk dijual kembali (nendak : Sasak).

“Itu sudah di Pasar Jelojok tempatnya banyak, kadang kita mengambil di Pasar Paok Motong. Kalau langsung mengambil di pengrajinnya sulit, karena tidak sama yang dibuat,” ujarnya dalam bahasa Sasak seraya menambahkan tempat para pengrajin membuat bakul, tempat nasi, tampi, keranjang, dan  topi ini di Desa Janapria. Sedangkan Tudung Saji dibuat di Desa Rumbuk Kecamatan Sakra.  

Ia mengatakan ada saatnya anyaman yang dijual sangat laku keras. Semisal pada saat musim srikaya  keranjang sangat laku. Pada hari besar Islam, tudung saji laris manis. Pada saat musim tanam dan panen giliran topi yang laku keras.

 “Pada musim Maulid atau musim Mikraj luek Tembolak laku, kanca mun na musim Srikaya Butik (lek Rau  Pringgabaya) bebuak, santer gati laku keranjang niki nggih, “ kata Maknan yang artinya, “Kalau musim Maulid atau Mikraj banyak laku Tudung Saji, di samping pada saat musim Srikaya Si Buah Nona (di Ladang Pringgabaya)  berbuah,  sangatlah laku keranjang ini).”

Senada disampaikan pedagang lainnya, Inaq Fathul, Inaq Lina, dan Inaq Rendi yang mereka berasal dari Janapria.  Ketiganya sudah menjadi warga Desa Apitaik dan Pohgading karena kawin.  Mereka mengakui dan membenarkan apa yang disampaikan Maknan.

“Rata-rata orang membuat bakul besar, bakul kecil, tempat nasi, topi, keranjang, tampi. Nah, kalau tudung saji itu memang  dibuat di Desa Rumbuk Kecamatan Sakra Pak,” kata Inaq Fathul. (Kus).

Check Also

Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi NTB menyebutkan nilai ekspor Provinsi Nusa Tenggara Barat pada bulan …

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *