Pujawali Perang Topat 2020, Pemda Lobar Undang Bupati/Walikotas se Bali
Lombok Barat, Literasi-Keseriusan Bupati Lombok Barat H Fauzan Khalid untuk mengundang Kepala Daerah di Pulau Bali, bukan hanya sekedar isapan jempol. Bahkan mantan Ketua KPU NTB ini menjanjikan seluruh Bupati akan dihadirkan pada gelaran Pujawali dan Perang Topat tahun depan.
Bupati dua periode ini belum puas rasanya jika tidak mengundang tokoh-tokoh Hindu dalam pemerintahan di Pulau Dewata tersebut. Alasannya, selama pelaksanaan Perang topat yang sudah berlangsung ratusan tahun lalu, meski sempat dihadiri oleh ummat Hindu yang tengah melakukan persembahyangan Pujawali di Pura Lingsar, namun eksistensinya tak pernah disaksikan langsung oleh Bupati/Walikota se Pulau Bali, apalagi Perang Topat berlangsung ditengah keberagaman dan perbedaan keyakinan, namun mampu menyatukan dua keyakinan berbeda tersebut.
“Kita siap untuk mengundangnya pada event Pujawali dan Perang Topat tahun depan. Karena itu kita minta Dinas Pariwisata Lombok Barat untuk menyiapkan semaksimal mungkin, jauh hari sebelumnya agar seluruh Bupati/Walikota di Pulau Bali bisa berkenan hadir,” ujar Bupati Lombok Barat H Fauzan Khalid di Lombok Barat, Minggu (22/12/2019).
Bupati bahkan memantapkan keinginannya itu dengan agenda mengelilingi Pulau Bali guna mengundang Bupati/Walikota dimaksud, sebelum tibanya puncak Pujawali dan Perang Topat tahun 2020 mendatang. Lebaran.
Sebagaimana diuraikan sebelumnya, Pujawali dan Perang Topat merupakan kegiatan seni budaya antara umat Muslim dan Hindu. Dimana di dalamnya menyuguhkan pluralisme kuat, yang melibatkan dua umat beragama yakni Islam dan Hindu.
Karena itu para bupati dan walikota di Bali perlu hadir untuk turut menyaksikan asal usulnya. Karena dengan kehadiran Bupati/Walikota akan bisa menjalin kerjasama dalam bingkai kebersamaan antara Lombok-Bali, sehingga nilai kebersamaan itu dapat menyebar di seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
“Kegiatan ini sarat dengan simbol-simbol bahwa dua suku dan agama ini saling menghormati, saling menghargai,” ujar Bupati.
Bupati menambahkan, di Lingsar, pernah didatangi seorang Waliyullah, penyebar agama Islam, dari Demak, Jawa Tengah bernama Raden Sumilir. Pada saat yang relatif bersamaan datang pula seorang tokoh agama Hindu dari Bali, untuk menyebarkan agama Hindu di Lingsar.
Dua fenomena itu, lanjut Bupati, memunculkan situasi pelik yang mengarah kepada suatu konflik. Di saat itulah muncul ide dari para sesepuh Muslim maupun Hindu, untuk mentransformasi potensi konflik ke dalam bentuk Perang Topat. (hern)