MATARAM, Literasi-Prof.Dr.Basri Rashid dari Universiti Utara Malaysia (UUM) memberi kuliah umum di hadapan mahasiswa Sekolah Tinggi Pariwisata (STP) Mataram, Selasa (10/12). Acara dihadiri mahasiswa S1 dan D3 termasuk civitas akademika sekolah tinggi setempat. Basri Rashid selain sudah malang melintang di dunia industri, juga merupakan seorang praktisi sekaligus akademisi.
Ketua Panitia, Dr.Putu Gede, melaporkan kegiatan tersebut bertujuan untuk menambah wawasan dan pengalaman mahasiswa di sektor pariwisata. Kehadiran Basri sendiri merupakan kunjungan balasan setelah dosen STP Mataram, Dr.Syech Idrus, berkunjung ke UUM beberapa pekan sebelumnya.
Menurut dosen STP Mataram, Dr.Made Suyasa, ketika menyempaikan pengantarnya, kehadiran dosen dari negara serumpun perlu diapresiasi karena kadar keilmuwan yang dia miliki. Sebelum menyampaikan kuliah umum Basri sempat keliling ke sejumlah obyek wisata termasuk ke KEK Mandalika.
Suyasa mengemukakan keunggulan Malaysia dibandingkan Indonesia. Kelebihan Malaysia ada pada hospitality. “Kita masih jauh dari Malaysia,” ujarnya.
Sementara itu, kata Suyasa, NTB merupakan salah satu dari 10 Bali baru dan termasuk salah satu super prioritas pembangunan. Kuta Mandalika misalnya menjadi super prioritas pengembangan pariwisata. Sektor pariwisata yang dikembangkan NTB adalah lewat program 99 desa wisata yang akan mensuport keberadaan KEK Mandalika.
“Lombok tempat bertemunya dua budaya besar yaitu Jawa dan Melayu. pergi ke Lombok bisa melihat Bali tapi kalau ke Bali tak pernah melihat Lombok,” urainya.
Basri Rashid kepada wartawan mengemukakan Malaysia memiliki kekayaan berupa tiga suku bangsa besar sebagai keunggulan. Namun, Indonesia memiliki lebih dari apa yang dipunyai Malaysia. Hanya saja, Malaysia memiliki strategi yang tepat sehingga mampu mendatangkan lebih dari 30 juta wisatawan dalam setahun.
Sisi lemah Indonesia adalah dari planning dan pengintegrasian. Karena ada satu sistem yang pelu diintegrasikan dan saling membantu. Contohnya di kawasan yan baru dibangun, kata dia, kalau satu usahawan menjual satu prodak maka yang lain jangan menjual produk yang sama. “Harus saling menyokong. Kalau satu tempat semuanya ada maka wisatawan tak akan ke tempat lain. Itu agar tempat baru bisa dibangunkan. Iklan harus digelar sesering mungkin,” ujarnya.
Wisatawan yang berkunjung ke Malaysia sendiri berasal dari Negara-negara tetangga seperti Singapura, Indonesia, Negara-negara di Asia Timur, dan Eropa. Lama tinggal wisatawan 3 sampai 7 hari dan mengunjungi beberapa obyek wisata alias tidak menuju satu tujuan saja. Wisatawan biasa menunjungi Kuala lumpur, Genting Island dan Malaka.
“Pariwisata di Malaysia sumber ekonomi terbesar kedua,” katanya. Hal itu didukung keterlibatan langsung masyarakat seperti lewat homestay. Berbagai pihak di Malaysia dalam sektor ini mesti memastikan adanya pengelolaan yang baik dari berbagai sisi seperi kebersihan dan berbagai prilaku yang mendukung keberlanjutan sektor ini.
Dengan tagline “Malaysia Truly Asia”, Malaysia menunjukkan dengan gambaran bahwa di Malaysia ada Melayu, Cina dan India. “Ke Malaysia bisa menuju ke semua etnik dari segi budaya maupun kuliner. Itu kelebihan di Malaysia, selain wisatawan bisa ke tempat natural seperti laut, pegunungan, sungai dan lain-lain untuk merehatkan pikiran,” papar Basri.ian