MATARAM,Literasi-Meningkatkan status desa tertinggal menjadi desa yang maju dan mandiri membutuhkan inovasi dan kreativitas dari aparat pemerintah desa dan generasi mudanya. “Desa yang luar biasa dan maju, bukan terlahir karena banyaknya bantuan yang diperolehnya. Tetapi terlahir karena adanya inovasi, kreasi dan tekad kuat untuk maju dari seluruh warganya,” ungkap Wakil Gubernur NTB, Dr. Hj. Sitti Rohmi Djalilah, M.Pd, dalam sambutannya dihadapan 200 peserta Rakor Program Inovasi Desa (PID) Tahap II, di Hotel Golden Palace Mataram, Senin (28/10/2019).
Wagub mencontohkan bahwa melalui Program Inovasi desa tahun 2018, kini dalam setahun sudah berhasil menambah jumlah desa dengan kategori maju dari 118 desa menjadi 218 desa di tahun 2019. Serta desa dengan kategori berkembang juga meningkat dari 564 desa di tahun 2018 bertambah menjadi 658 desa pada tahun 2019.
Disisi lain, Wagub juga mengapresiasi keberhasilan para kepala desa dan camat atas sejumlah program inovasi di desanya, sehingga berhasil mengubah status desanya yang semula sangat tertinggal dan desa tertinggal menjadi desa berkembang, bahkan desa maju. ” Kini desa dengan status sangat tertinggal di NTB tersisa 5 desa. Dan desa tertinggal sebanyak 109 desa. Ini menjadi “PR” kita bersama,” ujarnya.
Ia mengajak Program Inovasi Desa yang berakhir tahun 2019, dapat dijadikan pondasi dan modal awal untuk mengembangkan inovasi baru meraih kemajuan desa yang lebih besar. Modal utama pembangunan itu, kata Umi Rohmi adalah kemampuan beradaptasi dengan memanfaatkan teknologi.
“ Kalau ingin maju janganlah cepat puas, tapi gali terus kekurangan-kekurangan yang ada untuk selanjutnya kita sempurnakan kekurangan-kekurangan itu,” katanya seraya berharap program Zero Waste dan Revitalisasi Posyandu, benar-benar diwujudkan disetiap desa. Langkah awal untuk mewujudkannya, kata Umi Rohmi adalah mengubah pandangan terhadap sampah. Kedepan, Wagub meminta jika melihat sampah tidak lagi dianggap musibah tetapi justru sebagai berkah. Karena di tahun 2020 nanti semua desa di NTB, harus sudah memiliki Bank Sampah. Sehingga masyarakat akan bergerak untuk memisahkan sampah dari rumah, kemudian menjual atau menyalurkannya ke bank sampah, tegasnya.
Sebelumnya, Kepala DPMPD DUKCAPIL Provinsi NTB, Dr. H. Ashari, SH, MH mengungkapkan bahwa sejak tahun 2017 hingga 2019 telah dialokasikan anggaran untuk PID mencapai Rp 22,36 milyar lebih.Dana itu, kata Ashari diantaranya dipergunakan untuk mendukung kegiatan Tim Pengelola Inovasi Desa (TPID) yang
salah satu kegiatannya adalah Bursa Inovasi Desa yang menampilkan inovasi-inovasi dari desa-desa yang sukses. Harapannya sukses story dari inovasi desa itu kemudian direplikasi oleh desa-desa lainnya.
Jumlah inovasi yang ditampilkan dalam bursa inovasi desa tahun 2018 sebanyak 450 inovasi. Dari inovasi itu, dalam pantauannya, Dr. Ashari menyebut sudah direplikasikan oleh pemerintah desa. Dengan rincian inovasi bidang insfrastruktur di 632 desa; bidang kewirausahaan di 369 desa; dan bidang pengembangan sumberdaya manusia di 606 desa. Dengan total anggaran Rp. 39.88 milyar lebih, pungkasnya. edy