KLU, Literasi-Ritual Mandi Safar atau disebut masyarakat Lombok Utara sebagai “Rebo Bontong” menjadi agenda tahunan Pemerintah Kabupaten Lombok Utara (KLU) yang digelar di Desa Gili Indah Kecamatan Pemenang. Dimana, kegiatan tahunan Rebo Bontong digelar setiap tahunnya secara bergiliran di tiga pulau yakni Gili Air, Meno dan Trawangan. Jika tahun lalu event Rebo Bontong digelar di Gili Meno, kali ini Pemda melalui Dinas Pariwisata bersama pelaku wisata melaksanakannya di Gili Trawangan, Rabu (23/10).
Ritual Mandi Safar atau Rebo Bontong diyakini masyarakat sebagai simbol penyucian diri atas apa yang dilakukan selama sebelas bulan sebelumnya baik itu berupa musibah maupun kekeliruan ataupun kesalahan.
Antusias masyarakat melaksanakan ritual mandi safar menjadi tontonan wisatawan yang sedang berlibur ke Gili Trawangan. Pasalnya, Dispar menjadikan moment kegitan mandi safar sebagai salah satu agenda promosi wisata dengan harapan wisatawan di Gili Trawangan terhibur.
Pada kegiatan mandi safar yang dihadiri langsung oleh bupati beserta wakil bupati Lombok Utara, setelah ritual dan doa dilakukan, kedua kepala daerah turun ke pantai menceburkan diri bersama masyarakat guna melaksanakan mandi safar.
“Secara substansi ritual mandi safar ini adalah sebagai bentuk simbol penyucian diri membersihkan diri. Karena mungkin selama sebelas bulan sebelumnya banyak kekeliruan yang kita lakukan sehingga perlu dilakukan ritual juga,” ujar bupati Dr. H. Najmul Akhyar, usai melaksanakan ritual mandi safar.
Dikatakannya, orang tua zaman dahulu selalu mengajarkan untuk menyucikan diri dan momennya seperti yang dilaksanakan sekarang ini. Disatu sisi, momen mandi safar ini juga menjadi salah satu ajang promosi pariwisata juga karena wisatawan akan terhibur setelah melihat suguhan ritual masyarakat.
“Kegiatan mandi safar tidak dilaksanakan disetiap tempat dan wisatawan tentu akan tertarik melihat ritual kita ini,” terangnya.
Sementara itu, Sekretaris Dispar Lombok Utara, Baiq Prita Setiati, mengatakan agenda mandi safar tahun ini cukup meriah. Bahkan, wisatawan sangat terhibur dengan atraksi seni budaya yang ditampilkan dalam ritual mandi safar.
“Jadwal ini sudah kita sebar ke semua hotel sehingg pada momen ramai sekarang ini, event tahunan ini menjadi semakin meriah karena banyak wisatawan yang melihat,”ujarnya. “Harapan kami event mandi safar ini menjadi sebuah cerita mereka para wisatawan ketika kembali ke negaranya. Karena momen sepeti ini jarang mereka temukan di negaranya,”imbuhnya.
Menurutnya, even mandi safar ini dikemas cukup menarik karena dirangkai dengan berbagai kegiatan lainnya.
“Even ini kita kemas kedalam Gili Festival 2019 yang didalamnya banyak even. Ini sebagai salah satu langkah kita mengembalikan marwah pariwisata kita setelah musibah gempa melanda setahun yang lalu,” tandasnya.man
, di lokasi acara kita, sampahnya masih banyak yang berserakan,” sambungnya. RUL.